Manokwari,(Antaranews Papua Barat)-Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat memperkirakan 60 persen lebih pecandu lem aibon di wilayah Kabupaten Manokwari putus sekolah.

Kepala BNN Provinsi Papua Barat, Brigjen Pol Untung Subagyo di Manokwari, Jumat, mengatakan, korban penyalahgunaan lem aibon didominasi oleh anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

Berdasarkan data investigasi, saat ini jumlah pengguna aktif aibon di Manokwari sebanyak 300 orang. 60 persen diantaranya putus sekolah saat menempuh pendidikan di bangku SMP.

"Dari sisi mental mereka sudah lebih berani dibanding anak-anak SD. Makanya peran orang tua sangat penting dalam pengawasan, jangan sampai lengah," kata Subagyo.

Ia menyebutkan, pendampingan BNN saat ini sudah mulai mengarah pada mereka. Hal itu dilakukan untuk mencegah agar mereka tidak terjerumus pada penggunaan narkotika psikotropika dan obat-obatan berbahaya (Narkoba).

Penjaringan dilakukan untuk merangkul agar korban aibon bersedia direhabilitasi. Pada program ini pihaknya menggunakan pendekatan psikologis dan sosiologis.

"Kami dekati orang tuanya, tapi juga tidak mudah. Mereka beranggapan, BNN mau melaksanakan tindakan hukum. Padahal tidak seperti itu, bukan itu yang kami lakukan," sebutnya lagi.

Dari 300 anak yang teridentifikasi sebagai pengguna aktif lem aibon, lanjut Subagyo baru sekitar 10 persen yang berhasil didekati dan menjalani proses rehabilitasi.

"Kita butuh dukungan pemerintah daerah. Ini sudah mulai terjalin seperti Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan," katanya menambahkan.

Idealnya, lanjut Untung, Papua Barat memiliki balai rehabilitasi untuk menampung lebih banyak baik pecandu aibon maupun narkoba. Sementara, balai sosial milik Dinas Sosial bisa dimanfaatkan sebagai tempat edukasi dan pendampingan.(*)

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018