Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Kepolisian Daerah Papua Barat terus mewaspadai penyebaran paham radikal di daerah tersebut.
"Sesuai laporan intelijen, ada sedikit keinginan. Kami berharap pemuka agama membina jema'atnya dan jama'ahnya masing-masing," kata Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Rudolf Albert Rodja, pada pertemuan bersama Forkopimda dan tokoh lintas agama di Manokwari, Kamis.
Kapolda mengutarakan, kondisi Kamtibmas Papua Barat selama dua bulan pertama tahun 2018 cukup bagus. Ia menginginkan situasi tersebut terus terjaga.
Rodja tak ingin, ada oknum warga penganut garis keras yang menyebarkan pahamanya secara bebas, sebab secara perlahan hal itu akan menimbulkan dampak buruk bagi keamanan dan toleransi yang sudah terbangun secara baik di daerah tersebut.
Menurut Rodja, ada beberapa macam definisi radikal, baik kiri maupun kanan. Paham tersebut bermula atau berpangkal dari pikiran individu.
Pahaman itu, lanjut Kapolda bisa terimplentasi secara personal maupun kelompok.
"Kita harus belajar dari negara Irak. Negara itu hancur dan penduduknya banyak yang mengungsi ke daerah lain," ujarnya, seraya meminta masyarakat juga belajar dengan kasus Ambon, Poso,serta Tolikara.
Ia berpandangan, paham-paham seperti Isis yang berkembang di beberapa negara timur tengah sulit mati. Penganutnya bisa berkembang di mana-mana.
"Yang terdekat ada di Filipina. Jangan sampai itu masuk ke Indonesia," kata Rodja lagi.
Pada kesempatan itu, Kapolda juga mengimbau para pemuka agama memainkan peranya secara maksimal, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
"Akses media sosial terbuka lebar, informasi mudah menyebar. Setiap peristiwa bisa diplintir menjadi informasi hoaks," kata dia lagi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018