Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan di Manokwari, Papua Barat, mewaspadai dampak pergeseran matahari selama Maret 2020.
Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray di Manokwari, Jumat menjelaskan matahari sedang bergerak dari Selatan ke sebelah Utara katulistiwa. Akan ada perubahan musim dan daerah yang berada di wilayah khatulistiwa akan merasakan dampak perubahan tersebut.
"Masyarakat menyebutnya musim pancaroba. Dalam kondisi ini biasanya suka ada hal yang aneh-aneh. Bisa jadi akan ada hujan ekstrem, badai-badai, angin kencang, petir hingga tinggi gelombang di perairan," jelas dia.
Puncak bergeseran matahari tersebut diperkirakan akan berlangsung selama bulan Maret 2020. Untuk itu ia mengimbau semua pihak mewaspadai kondisi tersebut.
Terkait cuaca ektrem berupa hujan dengan intensitas tinggi belakangan ini, tambah dia bukan hanya terjadi di wilayah Manokwari. Hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami peristiwa tersebut.
Di Papua Barat, katanya, hal ini terjadi sebagai dampak atas pergerakan dua badai di sebelah Utara Australia atau sebelah Selatan Papua dan Papua Barat. Dua badai tersebut bergerak secara bergantian dari Barat ke Timur.
"Di Manokwari, Pegunungan Arfak hingga Teluk Wondama ada perbelokan udara. Ini yang memicu penumpukan awan dan terjadinya hujan," lanjut dia.
Badai di perairan selatan Papua dan Papua Barat diperkirakan akan punah dalam empat hari. Badai pertama sudah hilang beberapa hari lalu dan badai kedua diprediksi akan punah pada Sabtu-Minggu.
"Badai seperti ini usianya tidak lama, paling empat hari sampai satu minggu. Badai itu terus bergerak dan akan punah dengan sendirinya," katanya.
Menurut Putiray, yang harus diantisipasi saat ini yakni perubahan cuaca pada musim pancaroba selama Maret 2020. BMKG pun terus melakukan pemantauan dan akan mempublikan setiap perubahan cuaca secara rutin.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020
Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray di Manokwari, Jumat menjelaskan matahari sedang bergerak dari Selatan ke sebelah Utara katulistiwa. Akan ada perubahan musim dan daerah yang berada di wilayah khatulistiwa akan merasakan dampak perubahan tersebut.
"Masyarakat menyebutnya musim pancaroba. Dalam kondisi ini biasanya suka ada hal yang aneh-aneh. Bisa jadi akan ada hujan ekstrem, badai-badai, angin kencang, petir hingga tinggi gelombang di perairan," jelas dia.
Puncak bergeseran matahari tersebut diperkirakan akan berlangsung selama bulan Maret 2020. Untuk itu ia mengimbau semua pihak mewaspadai kondisi tersebut.
Terkait cuaca ektrem berupa hujan dengan intensitas tinggi belakangan ini, tambah dia bukan hanya terjadi di wilayah Manokwari. Hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami peristiwa tersebut.
Di Papua Barat, katanya, hal ini terjadi sebagai dampak atas pergerakan dua badai di sebelah Utara Australia atau sebelah Selatan Papua dan Papua Barat. Dua badai tersebut bergerak secara bergantian dari Barat ke Timur.
"Di Manokwari, Pegunungan Arfak hingga Teluk Wondama ada perbelokan udara. Ini yang memicu penumpukan awan dan terjadinya hujan," lanjut dia.
Badai di perairan selatan Papua dan Papua Barat diperkirakan akan punah dalam empat hari. Badai pertama sudah hilang beberapa hari lalu dan badai kedua diprediksi akan punah pada Sabtu-Minggu.
"Badai seperti ini usianya tidak lama, paling empat hari sampai satu minggu. Badai itu terus bergerak dan akan punah dengan sendirinya," katanya.
Menurut Putiray, yang harus diantisipasi saat ini yakni perubahan cuaca pada musim pancaroba selama Maret 2020. BMKG pun terus melakukan pemantauan dan akan mempublikan setiap perubahan cuaca secara rutin.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020