Bank Indonesia (BI) memandang peluang pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada sektor non minyak dan gas bumi masih sangat besar pada 2019.

"Kami sangat yakin pada triwulan III hingga akhir tahun 2019 ekonomi Papua Barat di luar Migas akan tumbuh signifikan. Sekarang pun tanda-tandanya mulai muncul," kata Kepala Perwakilan BI Papua Barat, Donny Heatubun di Manokwari, Minggu.

Ia mengutarakan, secara umum pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I dan II 2019 negatif. Ini akibat kontraksi pada sektor pengolahan Migas terutama pada LNG Tangguh di Teluk Bintuni.

Di luar migas, pertumbuhan ekonomi Papua Barat cukup bagus, mencapai 6,20 persen dari triwulan II tahun 2018. Sektor konstruksi memiliki andil paling besar pada pertumbuhan tersebut.

Beberapa lapangan usaha lain di luar Migas pun tumbuh cukup baik bahkan mencapai dua digit. Seperti lapangan usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh mencapai sebesar 12,49 persen juga jasa keuangan dan transportasi tumbuh sekitar 10,13 persen.

Ia mengutarakan, realisasi anggaran pemerintah daerah akan memberi dampak bagus pada triwulan III dan IV.

"Untuk pertumbuhan ekonomi sektor non-Migas realisasi APBD sangat berpengaruh. Saat ini belum cukup besar, karena banyak proyek yang belum jalan. Setelah Agustus ini pasti sudah ada penandatanganan kontrak yang akan disusul pelaksanaan proyek, sudah pasti sektor konstruksi akan naik pesat," katanya lagi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat, Endang Retno Subiyandini pada kesempatan terpisah menjelaskan perekonomian Papua Barat di luar migas, terjadi pertumbuhan sebesar 6,20 persen dari triwulan II 2018 ke triwulan II 2019.

Ia menjelaskan, struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Barat tanpa migas menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku didominasi oleh sektor konstruksi sebesar 25,85 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial 17,83 persen dan pertanian, kehutanan serta perikanan 17,50
persen.

Secara umum perekonomian Papua Barat triwulan II tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 0,50 persen dari 2018. Kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulan Il-2019 terhadap triwulan II-2018 ini cukup dominan dipengaruhi oleh penurunan pendapatan yang terjadi pada usaha industri pengolahan, pertambangan dan penggalian.

"Kontraksi industri pengolahan migas sangat berpengaruh terhadap perekonomian Papua Barat. Industri pengolahan turun 6,73 persen dari triwulan II 2019. Pertambangan dan Penggalian turun 6,59 persen," kata Retno

Jumlah ekspor Papua Barat dari triwulan II 2018 ke triwulan II 2019 mengalami secara umum penurunan lebih dari 20 persen. Di sisi lain impor meningkat cukup signifikan mencapai 181,62 persen

Ia menjelaskan, struktur perekonomian Papua Barat pada trwulan ll-2019 ditopang oleh tiga lapangan usaha utama yakni, industri pengolahan mencapai 25,92 persen, pertambangan dan penggalian 17,09 persen serta konstruksi 15,63 persen.

"Meskipun perekonomian kita secara umum terjadi kontraksi, namun kalau kita meninjau perekonomian Papua Barat diluar Migas ada kabar bagus. Peningkatan diatas 6 persen ini cukup besar," sebutnya lagi.***1***

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019