Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Papua (Unipa) Hengki Mofu mengatakan program sekolah sepanjang hari (SSH) yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, menjadi solusi mengatasi angka putus sekolah.
"Program SSH menjadi langkah yang tepat mengatasi masalah putus sekolah," kata Hengki di Teminabuan, Jumat.
Dia mengapresiasi pemerintah kabupaten setempat yang telah menginisiasi program sekolah sepanjang hari bagi anak-anak putus sekolah, sehingga tingkat partisipasi usia sekolah mengalami peningkatan.
Program tersebut merupakan model pembelajaran sederhana yang disesuaikan dengan kondisi sosial, dan menjadi contoh bagi pemerintah daerah lainnya di seluruh Tanah Papua.
"Patut diapresiasi dan program sekolah sepanjang hari jadi contoh untuk diterapkan di daerah lain di Tanah Papua," ucap Hengki.
Dia menjelaskan bahwa ada tiga hal yang diterapkan pada program sekolah sepanjang hari yaitu pendidikan karakter, kompetensi, dan ketuhanan atau pembinaan mental spiritual.
Anak-anak yang mengikuti program dimaksud tidak hanya mendapatkan materi pembelajaran melalui kelas penyertaan melainkan pendampingan dan perhatian atas tumbuh kembang anak.
"Mulai dari berpakaian sampai dengan makanan diberikan ke anak-anak secara gratis," tutur Hengki.
Menurut dia kurangnya perhatian dari orang tua karena aktivitas berkebun mengakibatkan banyak anak-anak asli Papua terabaikan, dan tidak melanjutkan sekolah.
Saat ini, kata dia, program sekolah sepanjang hari mulai diterapkan di Kabupaten Maybrat dan ada keinginan Pemerintah Kabupaten Puncak (Provinsi Papua Tengah) juga menerapkan program tersebut.
"Setiap hari orang tua ke kebun, sehingga anak-anak kurang dapat perhatian. Mereka sekolah atau tidak, orang tua tidak tahu," ucap Hengki Mofu.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
"Program SSH menjadi langkah yang tepat mengatasi masalah putus sekolah," kata Hengki di Teminabuan, Jumat.
Dia mengapresiasi pemerintah kabupaten setempat yang telah menginisiasi program sekolah sepanjang hari bagi anak-anak putus sekolah, sehingga tingkat partisipasi usia sekolah mengalami peningkatan.
Program tersebut merupakan model pembelajaran sederhana yang disesuaikan dengan kondisi sosial, dan menjadi contoh bagi pemerintah daerah lainnya di seluruh Tanah Papua.
"Patut diapresiasi dan program sekolah sepanjang hari jadi contoh untuk diterapkan di daerah lain di Tanah Papua," ucap Hengki.
Dia menjelaskan bahwa ada tiga hal yang diterapkan pada program sekolah sepanjang hari yaitu pendidikan karakter, kompetensi, dan ketuhanan atau pembinaan mental spiritual.
Anak-anak yang mengikuti program dimaksud tidak hanya mendapatkan materi pembelajaran melalui kelas penyertaan melainkan pendampingan dan perhatian atas tumbuh kembang anak.
"Mulai dari berpakaian sampai dengan makanan diberikan ke anak-anak secara gratis," tutur Hengki.
Menurut dia kurangnya perhatian dari orang tua karena aktivitas berkebun mengakibatkan banyak anak-anak asli Papua terabaikan, dan tidak melanjutkan sekolah.
Saat ini, kata dia, program sekolah sepanjang hari mulai diterapkan di Kabupaten Maybrat dan ada keinginan Pemerintah Kabupaten Puncak (Provinsi Papua Tengah) juga menerapkan program tersebut.
"Setiap hari orang tua ke kebun, sehingga anak-anak kurang dapat perhatian. Mereka sekolah atau tidak, orang tua tidak tahu," ucap Hengki Mofu.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024