Bupati Manokwari, Provinsi Papua Barat Hermus Indou menyatakan pemerintah memastikan sekolah swasta di daerah itu harus berjalan baik dan berkualitas.

"Semua pendidikan yang diselenggarakan yayasan atau swasta harus berjalan baik, karena ada pendelegasian sebagian wewenang pemerintah di bidang pendidikan ini," kata Hermus saat menyerahkan bantuan kepada TK dan SD Sowi Indah, Yayasan Cahaya Papua Barat di Manokwari, Senin.

Hermus menyerahkan bantuan Pemkab Manokwari berupa 60 paket seragam, sepatu dan buku tulis untuk siswa di TK dan SD Sowi Indah sebagai sekolah swasta baru. Pemerintah juga menyerahkan bantuan uang tunai sebesar Rp30 juta untuk yayasan.



Ia mengatakan bantuan tersebut merupakan komitmen pemerintah untuk pemerataan pendidikan di Manokwari. Keberadaan sekolah adalah hak dasar yang harus dipenuhi pemerintah untuk setiap anak di daerah ini.

Terlebih, sekolah TK dan SD Sowi Indah merupakan sekolah yang dekat dengan Kantor Bupati Manokwari. Meski dibangun yayasan, sekolah tersebut sangat strategis menjangkau beberapa kampung di sekitarnya.

"Sangat ironis dan miris jika tidak diperhatikan, karena berada di sekitar kantor pemerintahan. Sekolah ini wajib mendapatkan pelayanan dari pemerintah, sehingga penyelenggaraan pendidikan bisa merata dan setiap anak harus dapat kesempatan sekolah," ujarnya.

Ia menjelaskan pendidikan dan pengembangan SDM adalah investasi untuk kemajuan daerah. Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari pendidikan, karena anak-anak adalah calon pemimpin masa depan.

"Kami memberikan apresiasi segenap pengurus Yayasan Cahaya Papua Barat yang memiliki inisiasi untuk penyelenggaraan pendidikan di Manokwari," katanya.

Pembina Yayasan Cahaya Papua Barat Theresia Ngutra menjelaskan TK dan SD tersebut didirikan semata-mata untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Papua. Anak-anak di Papua tertinggal bukan karena bodoh, tapi terkadang mereka tidak mendapat kesempatan sekolah.



Ia mengatakan meski baru dua tahun berdiri, saat ini sudah ada 60 siswa di SD Sowi Indah dari kelas 1-5 dan 100 persen sudah bisa membaca dan menulis. Tidak ada pungutan biaya alias gratis di sekolah tersebut, mulai dari pendaftaran hingga SPP.

"Orang tua murid di sini rata-rata petani, sopir atau tukang ojek, itu alasan mengapa sekolah gratis. Biaya operasional dan semuanya ditanggung yayasan bersama guru-guru. Anak-anak juga boleh pakai sandal dan mengenakan pakaian apa adanya. Sedangkan seluruh guru di sini sudah lulusan S1," katanya.

Ia menambahkan tahun depan pihak sekolah akan mendirikan bangunan sekolah yang lebih layak di atas tanah seluas 3.000 meter. Ia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian terhadap sekolah tersebut.

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023