Badan Pusat Statistik mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Papua Barat pada September 2023 sebesar 99,31 atau turun 0,90 persen (month to month/mtm) apabila dibandingkan dengan periode Agustus 2023 yaitu 100,22.
Kepala BPS Papua Barat Merry saat konferensi pers di Manokwari, Senin, mengatakan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima oleh petani (lt) 111,58 lebih rendah dibandingkan indeks harga yang dibayarkan petani dalam proses produksi sebesar 112,35.
"Indeks harga yang diterima petani turun 1,12 persen lebih besar dari indeks harga dibayarkan petani yang juga turun 0,22 persen. Tapi indeks yang diterima petani lebih rendah dari yang dibayarkan," kata Merry.
Ia menjelaskan komoditas yang mempengaruhi turunnya indeks harga diterima oleh petani Papua Barat pada September 2023 adalah cabai rawit 1,56 persen, sawi hijau 0,47 persen, tomat 0,36 persen dan cakalang 0,70 persen.
Sementara komoditas penyumbang turunnya indeks harga yang dibayarkan para petani yaitu bawang merah, ikan kembung, cabai rawit, dan bawang putih.
"Turunnya indeks harga komoditas tersebutlah yang mempengaruhi indeks harga baik yang diterima maupun yang dibayarkan petani," ujar Merry.
Ia menjelaskan bahwa subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP mencapai 2,59 persen (mtm) karena indeks harga yang diterima petani turun 2,58 persen lebih rendah dari indeks harga dibayarkan petani yaitu 0,27 persen.
Komoditas penyumbang turunnya indeks harga diterima petani hortikultura di Papua Barat adalah cabai rawit yang turun 1,56 persen, sawi hijau turun 0,47 persen, dan tomat turun 0,36 persen.
"Hortikultura merupakan subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam yaitu dari 95,16 pada Agustus 2023 turun menjadi 92,69 pada September 2023," ujar Merry.
Selain itu, kata dia, subsektor yang mengalami kenaikan NTP tertinggi adalah tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,99 persen (mtm) karena indeks harga yang diterima oleh petani naik 0,79 persen sedangkan indeks harga dibayarkan petani turun 0,19 persen.
Komoditas penyumbang kenaikan indeks harga yang diterima petani tanaman perkebunan rakyat adalah pala biji sebesar 1,48 persen.
"Subsektor yang juga mengalami kenaikan NTP adalah tanaman pangan 0,32 persen dan peternakan 0,22 persen. Selain itu, subsektor lain yang mengalami penurunan NTP adalah perikanan 0,82 persen," ucap dia.
Menurut Merry, penurunan NTP sejalan dengan perkembangan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) yang mengalami penurunan 1,16 persen (mtm) yaitu dari 103,53 pada Agustus 2023 menjadi 102,30 pada September 2023.
Hal ini dipengaruhi oleh turunnya indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 1,12 persen sementara indeks harga yang dibayarkan petani justru mengalami peningkatan 0,03 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023
Kepala BPS Papua Barat Merry saat konferensi pers di Manokwari, Senin, mengatakan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima oleh petani (lt) 111,58 lebih rendah dibandingkan indeks harga yang dibayarkan petani dalam proses produksi sebesar 112,35.
"Indeks harga yang diterima petani turun 1,12 persen lebih besar dari indeks harga dibayarkan petani yang juga turun 0,22 persen. Tapi indeks yang diterima petani lebih rendah dari yang dibayarkan," kata Merry.
Ia menjelaskan komoditas yang mempengaruhi turunnya indeks harga diterima oleh petani Papua Barat pada September 2023 adalah cabai rawit 1,56 persen, sawi hijau 0,47 persen, tomat 0,36 persen dan cakalang 0,70 persen.
Sementara komoditas penyumbang turunnya indeks harga yang dibayarkan para petani yaitu bawang merah, ikan kembung, cabai rawit, dan bawang putih.
"Turunnya indeks harga komoditas tersebutlah yang mempengaruhi indeks harga baik yang diterima maupun yang dibayarkan petani," ujar Merry.
Ia menjelaskan bahwa subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP mencapai 2,59 persen (mtm) karena indeks harga yang diterima petani turun 2,58 persen lebih rendah dari indeks harga dibayarkan petani yaitu 0,27 persen.
Komoditas penyumbang turunnya indeks harga diterima petani hortikultura di Papua Barat adalah cabai rawit yang turun 1,56 persen, sawi hijau turun 0,47 persen, dan tomat turun 0,36 persen.
"Hortikultura merupakan subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam yaitu dari 95,16 pada Agustus 2023 turun menjadi 92,69 pada September 2023," ujar Merry.
Selain itu, kata dia, subsektor yang mengalami kenaikan NTP tertinggi adalah tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,99 persen (mtm) karena indeks harga yang diterima oleh petani naik 0,79 persen sedangkan indeks harga dibayarkan petani turun 0,19 persen.
Komoditas penyumbang kenaikan indeks harga yang diterima petani tanaman perkebunan rakyat adalah pala biji sebesar 1,48 persen.
"Subsektor yang juga mengalami kenaikan NTP adalah tanaman pangan 0,32 persen dan peternakan 0,22 persen. Selain itu, subsektor lain yang mengalami penurunan NTP adalah perikanan 0,82 persen," ucap dia.
Menurut Merry, penurunan NTP sejalan dengan perkembangan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) yang mengalami penurunan 1,16 persen (mtm) yaitu dari 103,53 pada Agustus 2023 menjadi 102,30 pada September 2023.
Hal ini dipengaruhi oleh turunnya indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 1,12 persen sementara indeks harga yang dibayarkan petani justru mengalami peningkatan 0,03 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023