Manokwari (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa Provinsi Papua Barat mengalami deflasi tahunan sebesar 0,23 persen (year on year/yoy) pada Maret 2025 jika dibandingkan dengan Maret 2024.
Kepala BPS Papua Barat Merry saat konferensi pers di Manokwari, Selasa, mengatakan deflasi dipengaruhi sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks harga.
"Deflasi Maret 2025 lebih rendah dibanding Februari 2025, tapi berbanding terbalik dengan Maret 2024 yang mengalami inflasi," kata Merry.
Ia menjelaskan bahwa ada kelompok pengeluaran yang mengalami kontraksi terdalam yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil deflasi sebesar 0,65 persen.
Adapun lima komoditas yang menjadi penyumbang utama terjadinya deflasi Papua Barat pada Maret 2025 meliputi tarif listrik, ikan cakalang, ikan ekor kuning, beras, dan tomat.
"Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga mengalami penurunan indeks harga," ujar Merry.
Secara bulanan, kata dia, Provinsi Papua Barat justru mengalami inflasi 2,30 persen (month to month/mtm) dan berbanding terbalik dengan periode Februari 2025 yang terjadi deflasi 1,41 persen (mtm).
Hal tersebut disumbang oleh kenaikan indeks harga dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan kontribusi terhadap inflasi sebesar 2,26 persen.
"Komoditas utama penyumbang inflasi bulanan yaitu tarif listrik, ikan kakap merah, ikan cakalang, bawang putih, dan bawang merah," kata Merry.
Papua Barat alami deflasi 0,23 persen pada Maret 2025
Rabu, 9 April 2025 7:21 WIB

Pemerintah Provinsi Papua Barat bersama Satgas Pangan Polda Papua Barat melakukan inspeksi mendadak untuk memantau kondisi harga bahan pokok di Pasar Wosi, Manokwari. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)