Manokwari,(Antaranews Papua Barat)-Ribuan personil dari berbagai elemen mengikuti kegiatan Pelatihan Terpadu Penanganan Bencana Alam yang dilaksanakan Kodam XVIII/Kasuari/Papua Barat.

Selain TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), instansi lain seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Telkom Indonesia, Pramuka, Orari, Rapi dan beberapa instansi lain juga dilibatkan pada kegiatan yang dipusatkan di Sorong dan Manokwari tersebut. 

Pelatihan akan berlangsung selama 17 hari dari 7 hingga 23 November 2018. Selain teori peserta akan mengikuti serangkaian kegiatan lapangan terkait penanganan bencana.

Apel pembukaan latihan dilaksanakan di Lapangan Kodam XVIII/Kasuari, Rabu (7/11). Apel ini dipimpin tiga pucuk pimpinan Papua Barat yakni Gubernur, Pangdam serta Kapolda Papua Barat.

Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Rudolf Albert Rodja pada apel tersebut mengatakan, bencana datang silih berganti di Indonesia. Kesiapsiagaan setiap daerah sangat dibutuhkan, termasuk Papua Barat.

Berkaca dari bencana alam yang terjadi di Sulawesi Tengah, ribuan warga meninggal dalam gempa dan tsunami. Tidak sedikit infrastruktur rusak dan membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.

"Dari jajaran kepolisian, cukup banyak anggota Polda Sulteng tidak ditemukan hingga sekarang. Saat itu mental masyarakat termasuk personil Polri di sana berada dititik terendah, tidak banyak yang bisa dilakukan karena berada dalam lokasi dan menjadi korban dalam bencana itu," kata Kapolda.

Menurutnya, Papua Barat harus lebih siap, mengingat daerah ini masuk dalam daftar rawan bencana dari banjir, gempa bumi hingga tsunami.
Dapur umum yang disiapkan pada Latihan Terpadu Penanganan Bencana Alam tahun 2018 yang dilaksanakan Kodam XVIII/Kasuari. (Foto/Antaranews Papua Barat/toyib)
Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau mengatakan, latihan ini untuk membangun dan menyiapkan sistem koordinasi antar instansi. 

"Semua tidak ingin bencana terjadi dan bencana datang saat kita tidak memperkirakan. Semua pihak sudah sadar bahwa Papua Barat rawan bencana, berikutnya apa yang harus kita lakukan," kata Joppye 

"Ada beberapa konteks yang harus dipahami yakni jika bencana itu terjadi daerah kita dan kita menjadi korban, apa yang harus kita lakukan. Kedua bila bencana itu terjadi di daerah lain apa yang harus dilakukan," katanya lagi.

Jika konteks pertama yang terjadi, kata dia, seluruh elemen di Papua Barat  harus siap, karena selain menjadi korban para pemangku kepentingan harus melakukan penanganan.

"Saat bencana terjadi di sini, kita sebagai korban, kesiapan dan mental kita berada pada titik terendah. Untuk itu kita perlu latihan agar lebih siap," sebut Pangdam lagi.

Menurutnya, sejak dini Papua Barat harus berupaya mengurangi korban dan kerugian. Upaya mitigasi wajib dilakukan sebelum bencana terjadi.

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018