Jakarta  (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan terjadinya penguatan rupiah hingga kembali di bawah level Rp15.000 per dolar AS akibat membaiknya pasar keuangan di negara berkembang.

"Situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia, dalam dua hari ini, membaik cukup signifikan," ujar Mirza di Jakarta, Jumat.

Mirza menjelaskan salah satu pemicu membaiknya situasi di pasar keuangan tersebut adalah adanya kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS dengan China yang direspon positif oleh para pelaku pasar finansial.

Selain itu, pemicu lain dari apresiasi rupiah adalah data perekonomian AS terbaru yang tidak menggembirakan, sehingga menyebabkan terjadinya perlemahan dolar AS.

"Data terakhir ini menunjukkan bahwa AS sudah mulai kehilangan daya pacunya. Memang masih kencang, tapi daya pacunya tidak sekencang di awal tahun ini," ujar Mirza.

Dalam menanggapi fenomena penguatan rupiah, Mirza memastikan bank sentral tidak melakukan intervensi karena situasi ini terjadi murni akibat pergerakan eksternal.

"Itu menguat karena supply and demand," katanya.

Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, menguat sebesar 134 poin menjadi Rp14.981 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.115 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk. Rully Nova mengatakan bahwa pandangan overweight pada pasar ekuitas Indonesia berdampak positif bagi kurs rupiah.

"Permintaan terhadap rupiah meningkat akibat pandangan itu, dana asing masuk ke pasar keuangan kita, terutama saham," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedikit mengabaikan kebijakan The Fed pada Desember 2018 yang kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan.

Menurut Rully, pelaku pasar lebih cenderung fokus pada sentimen yang sedang beredar, terutama dalam negeri.

Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail menambahkan data inflasi Oktober Indonesia yang naik di atas ekspektasi ekonom juga menjadi sinyal positif bagi rupiah.

"Kenaikan inflasi menunjukan terjadinya peningkatan konsumsi di bulan Oktober," katanya. 

Pewarta: Satyagraha

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018