Manokwari, (Antaranews Paua Barat)-Pasar rumput laut saat ini masih terbuka lebar dan produsen olahan rumput laut baik di dalam maupun luar negeri menunggu suplay dari petani di Provinsi Papua Barat.

Konsultan Bisnis Senior Promoting Rural Income Through Support for Markets in Agriculture (PRISMA), Oka Dharma Artha di Manokwari, Rabu, mengatakan, di Papua Barat ada enam kabupaten yang memiliki potensi cukup besar budidaya rumput laut.

"Fakfak, Kaimana, Raja Ampat, Manokwari, Manokwari Selatan dan Teluk Wondama. Wilayah perairan enam daerah ini punya potensi cukup besar," kata Oka.

Menurutnya, dari sisi petani atau populasi masyarakat enam daerah tersebut juga punya peluang besar untuk memproduksi rumput laut dalam skala besar. 

"Karena pasar berharap ada pasokan yang rutin dan dalam jumlah yang banyak bukan sekadar 100 sampai 200 ton. Dari jumlah masyarakat atau petani enam daerah ini bisa melakukan itu," kata di.

PRISMA, sebut Oka, siap membantu membuka akses pasar perdagangan rumput laut dari Papua Barat, baik domestik maupun pasar mancanegara. Bahkan di Fakfak dan Waropen-Papua Bank Papua pun sudah membantu pendanaan dalam bentuk kredit bagi para petani dan pengusaha.

"Sekarang di Indonesia sudah banyak produsen olahan rumput laut. Sebanyak apa pun pasokan dari Papua Barat pasar siap menampung," sebutnya.

Potensi rumput laut di Provinsi Papua dan Papua Barat cukup besar, namun sejauh ini belum dikelola secara optimal. Dari enam daerah di Papua Barat baru Fakfak yang kini sudah intensif memproduksi serta melakukan pengiriman ke luar.

Menurutnya akses pasar harus segera dituntaskan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan perdagangan. Broker atau pengumpul harus ada di daerah sebagai penghubung antara investor dengan petani.

"BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) bisa mengambil peran sebagai broker, bisa juga koperasi kampung, atau perseorangan yang ingin mengambil peran tersebut," ujarnya lagi.

Ia mengemukakan, pasar rumput laut di Papua Barat bergerak lambat bahkan statis, diantaranya karena harga rumput laut di daerah ini sangat rendah akibat belum terbentuknya sistem pasar. 

"Disaat harga rumput laut di Nusa Tenggara Timur sudah 11 sampai 12 perkilo gram, di sini masih jauh lebih rendah dari itu. Untuk itu sistem pasar harus diciptakan agar mendorong persaingan dan antusias petani," pungkasnya.(*)
 

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018