Wasior, (Antaranews Papua Barat)-Masyarakat Kampung Aisandami Distrik Teluk Duairi Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, menyiapkan tiga paket wisata alam tradisional yang siap dinikmati baik wisatawan domestik maupun manca negara.
Tiga paket wisata ini bisa dipilih atau pun mengambil semuanya untuk mengenal lebih dekat keelokan alam serta adat dan budaya masyarakat setempat.
Selain memiliki perairan yang teduh, kampung yang berjarak kurang lebih 50 Km dari Wasior, Ibukota Kabupaten Teluk Wondama ini juga menyimpan keunikan alam dan budaya asli yang masih dipertahankan masyarakat setempat.
Tiga paket wisata yang ditawarkan masyarakat tersebut, pertama, paket wisata mengenal kehidupan kampung Aisandami dengan durasi waktu 4 jam serta harga Rp450 ribu/orang. Para wisatawan akan diajak berkeliling menyaksikan keseharian masyarakat dan mengunjungi beberapa tempat penting seperti rumah ibadah.
Selanjutnya menyaksikan atraksi menokok sagu secara tradisional dilanjutkan dengan belajar membuat papeda dan sagu dari buah hitam. Buah hitam merupakan tanaman khas Teluk Wondama. Berikutnya adalah trekking ke air terjun Mambi.
Bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi memancing dengan perahu tradisional, perjalanan dalam paket ini akan diakhiri dengan canoeing atau mendayung perahu tradisional untuk memancing di perairan teduh yang berada tepat di depan kampung.
“Untuk menghargai setiap tamu yang datang, kami akan menyambut mereka dengan pengalungan ‘sas’, “ jelas Tonci Somisa, Manajer Ekowisata ‘Wadowun Beberin’ Kampung Aisandami di Wasior, Jumat.
Sas merupakan kalung yang dibuat dari kayu sebagai simbol ucapan selamat datang bagi para tamu.
Paket wisata kedua, mengenal keindahan alam Kampung Aisandami dengan durasi 6 jam serta harga Rp650ribu/orang. Paket ini diawali dengan melakukan tracking atau mendaki ke Gunung Papisyowi. Di lokasi ini wisatawan akan bisa melihat secara langsung burung Cenderawasih liar yang sedang bermain di atas pohon.
Setelanjutnya canoeing di sungai Waronggon, tracking mangrove dan bameti mencari kepiting bersama kelompok perempuan Aisandami. Untuk menutup perjalanan, wisatawan diajak untuk melakukan snorkeling untuk melihat keindahan terumbu karang dengan aneka ikan warna warni di selat Numamuram.
Jika beruntung anda bisa menjumpai dugong yakni hewan laut sejenis ikan duyung yang sering muncul di kawasan tersebut. Sebelum pulang, jangan lupa rasakan sensasi bermandi matahari di pantai pasir putih di kawasan Selat Numamuram yang masih bersih dan asri.
“Bapak ibu tidak usah bawa makanan. Kami sudah siapkan. Jadi bapak ibu ke sana saja, kami siap layani,“ ujar Tonci.
Bagi yang suka budaya, paket ketiga ini khusus ditampilkan atraksi budaya dan tradisi lokal masyarakat setempat.
Paket ketiga berdurasi 4 jam dan ditawarkan seharga Rp.600 ribu/orang. Wisatawan yang datang akan disambut dengan tarian penyambutan serta dansa adat.
Setelah sarapan, wisatawan diajak menuju sekolah dasar setempat untuk menyaksikan tarian adat yang dibawakan para siswa setempat. Selanjutnya wisatawan menikmati atraksi permainan tradisional Aikikis.
Makan siang anda akan terasa lebih nikmat karena diiringi dengan alunan musik suling tambur. Para pengunjung juga diberi kesempatan belajar membuat sekaligus meniup suling tradisional bersama warga setempat. Sebelum pulang, anda juga bisa menyaksikan dengan adalah tarian balengan.
Untuk makanan, anda tidak perlu kuatir. Ibu-ibu Kampung Aisandami sudah dilatih membuat aneka kuliner perpaduan menu lokal dengan modern dan dijamin sehat. Antara lain sagu bungkus dan sagu buah hitam. Adapula menu ekstrim yakni cacing bakau atau yang dikenal dengan ‘tombelo’.
Tombelo biasanya disajikan dengan papeda dan sayuran tumis.
Paket Ekowisata Kampung Aisandami ini telah dilauncing secara resmi oleh Bupati Bernadus Imburi pada 17 Agustus 2017.
"Kami sudah komitmen untuk jaga alam, jaga laut dan jaga terumbu karang sebagai potensi wisata kami. Jadi kami harapkan bapak ibu dari Pemda bisa luangkan waktu untuk berkunjung. Satu bulan satu satu kali ke sana tidak apa-apa,"ucap Tonci. Transportasi menuju Kampung Aisandami saat ini saat ini sudah cukup mudah diakses, baik dari Manokwari maupun dari Wasior. Sejak beberapa tahun lalu sudah ada dua kapal yang rutin melayari rute Manokwari-Wasior pulang pergi sebanyak tiga kali dalam sepekan.
Bagi yang menginginkan jalur udara, ada pula pesawat Manokwari-Wasior tiga kali dalam seminggu.
Untuk perjalanan dari Wasior ke Aisandami, wisatawan dapat menggunakan mobil atau sepeda motor dengan menempuh perjalanan selama satu hingga dua jam. Bisa juga melalui laut menggunakan long boat atau speed boat selama lebih kurang satu jam.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018
Tiga paket wisata ini bisa dipilih atau pun mengambil semuanya untuk mengenal lebih dekat keelokan alam serta adat dan budaya masyarakat setempat.
Selain memiliki perairan yang teduh, kampung yang berjarak kurang lebih 50 Km dari Wasior, Ibukota Kabupaten Teluk Wondama ini juga menyimpan keunikan alam dan budaya asli yang masih dipertahankan masyarakat setempat.
Tiga paket wisata yang ditawarkan masyarakat tersebut, pertama, paket wisata mengenal kehidupan kampung Aisandami dengan durasi waktu 4 jam serta harga Rp450 ribu/orang. Para wisatawan akan diajak berkeliling menyaksikan keseharian masyarakat dan mengunjungi beberapa tempat penting seperti rumah ibadah.
Selanjutnya menyaksikan atraksi menokok sagu secara tradisional dilanjutkan dengan belajar membuat papeda dan sagu dari buah hitam. Buah hitam merupakan tanaman khas Teluk Wondama. Berikutnya adalah trekking ke air terjun Mambi.
Bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi memancing dengan perahu tradisional, perjalanan dalam paket ini akan diakhiri dengan canoeing atau mendayung perahu tradisional untuk memancing di perairan teduh yang berada tepat di depan kampung.
“Untuk menghargai setiap tamu yang datang, kami akan menyambut mereka dengan pengalungan ‘sas’, “ jelas Tonci Somisa, Manajer Ekowisata ‘Wadowun Beberin’ Kampung Aisandami di Wasior, Jumat.
Sas merupakan kalung yang dibuat dari kayu sebagai simbol ucapan selamat datang bagi para tamu.
Paket wisata kedua, mengenal keindahan alam Kampung Aisandami dengan durasi 6 jam serta harga Rp650ribu/orang. Paket ini diawali dengan melakukan tracking atau mendaki ke Gunung Papisyowi. Di lokasi ini wisatawan akan bisa melihat secara langsung burung Cenderawasih liar yang sedang bermain di atas pohon.
Setelanjutnya canoeing di sungai Waronggon, tracking mangrove dan bameti mencari kepiting bersama kelompok perempuan Aisandami. Untuk menutup perjalanan, wisatawan diajak untuk melakukan snorkeling untuk melihat keindahan terumbu karang dengan aneka ikan warna warni di selat Numamuram.
Jika beruntung anda bisa menjumpai dugong yakni hewan laut sejenis ikan duyung yang sering muncul di kawasan tersebut. Sebelum pulang, jangan lupa rasakan sensasi bermandi matahari di pantai pasir putih di kawasan Selat Numamuram yang masih bersih dan asri.
“Bapak ibu tidak usah bawa makanan. Kami sudah siapkan. Jadi bapak ibu ke sana saja, kami siap layani,“ ujar Tonci.
Bagi yang suka budaya, paket ketiga ini khusus ditampilkan atraksi budaya dan tradisi lokal masyarakat setempat.
Paket ketiga berdurasi 4 jam dan ditawarkan seharga Rp.600 ribu/orang. Wisatawan yang datang akan disambut dengan tarian penyambutan serta dansa adat.
Setelah sarapan, wisatawan diajak menuju sekolah dasar setempat untuk menyaksikan tarian adat yang dibawakan para siswa setempat. Selanjutnya wisatawan menikmati atraksi permainan tradisional Aikikis.
Makan siang anda akan terasa lebih nikmat karena diiringi dengan alunan musik suling tambur. Para pengunjung juga diberi kesempatan belajar membuat sekaligus meniup suling tradisional bersama warga setempat. Sebelum pulang, anda juga bisa menyaksikan dengan adalah tarian balengan.
Untuk makanan, anda tidak perlu kuatir. Ibu-ibu Kampung Aisandami sudah dilatih membuat aneka kuliner perpaduan menu lokal dengan modern dan dijamin sehat. Antara lain sagu bungkus dan sagu buah hitam. Adapula menu ekstrim yakni cacing bakau atau yang dikenal dengan ‘tombelo’.
Tombelo biasanya disajikan dengan papeda dan sayuran tumis.
Paket Ekowisata Kampung Aisandami ini telah dilauncing secara resmi oleh Bupati Bernadus Imburi pada 17 Agustus 2017.
"Kami sudah komitmen untuk jaga alam, jaga laut dan jaga terumbu karang sebagai potensi wisata kami. Jadi kami harapkan bapak ibu dari Pemda bisa luangkan waktu untuk berkunjung. Satu bulan satu satu kali ke sana tidak apa-apa,"ucap Tonci. Transportasi menuju Kampung Aisandami saat ini saat ini sudah cukup mudah diakses, baik dari Manokwari maupun dari Wasior. Sejak beberapa tahun lalu sudah ada dua kapal yang rutin melayari rute Manokwari-Wasior pulang pergi sebanyak tiga kali dalam sepekan.
Bagi yang menginginkan jalur udara, ada pula pesawat Manokwari-Wasior tiga kali dalam seminggu.
Untuk perjalanan dari Wasior ke Aisandami, wisatawan dapat menggunakan mobil atau sepeda motor dengan menempuh perjalanan selama satu hingga dua jam. Bisa juga melalui laut menggunakan long boat atau speed boat selama lebih kurang satu jam.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018