Wasior,(Antaranews Papua Barat) - Perayaan 152 tahun masuknya Injil ke Teluk Wondama, Papua Barat hendaknya menjadi momentum untuk terus memperkuat persaudaraan serta kebersamaan di antara umat Kristen serta sesama masyarakat lainnya.

Segenap umat Kristen harus bisa menghilangkan kebiasaan yang menghambat terwujudnya kebersamaan yang rukun seperti sifat angkuh, acuh tak acuh dan  dan merasa yang paling benar.

Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Wondama Denny Simbar saat memberi sambutan mewakili Bupati Bernadus Imburi pada ibadah syukur perayaan 152 tahun masuknya Injil di Wondama  di pantai Miei, Wasior mengatakan, visi pekabaran injil di dasari oleh kebersamaan

Badan Pekerja (BP) Klasis Gereja Kristen Injili (GKI) Wondama juga menyerukan pentingnya memperkuat persekutuan, kesaksian dan pelayanan yang merupakan pilar utama dalam mewujudnyatakan kebenaran Firman Tuhan di tengah masyarakat.

"Marilah kita jadi satu dalam Tuhan. Kita tetap mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita semua, "ujar anggota BP Klasis Wondama Penatua Agus Sawaki.

Pendeta Ester Mahuwe, STh yang tampil sebagai pemimpin ibadah mengajak umat Kristen Wondama merefleksikan sejauh mana pengaruh Injil Kristus dalam kehidupan rohani maupun sosial selama ini.

Dalam ibadah syukur yang diikuti ratusan jemaat, Ester mengkritik perilaku umat yang dinilai sudah banyak melenceng dari semangat Injil itu sendiri seperti perselingkuhan dan kebiasaan menenggak minuman keras.

"Sekarang orang sudah tidak menghargai hari minggu. Orang lain ke gereja, yang lain duduk omong kosong di rumah, yang lain pergi memancing, yang lain masuk hutan. Itu kah artinya kita beribadah kepada Tuhan," tandas Ester.

Injil pertama kali dibawah masuk dan diberitakan kepada orang-orang Wondama pada 4 Mei 1866 tepatnya di Kampung Yomber, Distrik Roswar oleh Penginjil asal Eropa Frans Mosche. Setelah dari Roswar, penyebaran Injil terus meluas ke wilayah Windesi, Pulau Roon hingga Aitumieri di Miei, Wasior.  (*) 

Pewarta: Zack T Bala

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018