Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Papua Barat menyarankan sekolah tidak gegabah menerapkan sistem tatap muka pada kegiatan belajar mengajar.

Juru Bicara Pemprov Papua Barat pada penanganan COVID-19, Arnoldus Tiniap di Manokwari, Jumat mengatakan angka penyebaran virus corona di Papua Barat masih cukup tinggi terutama di Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Manokwari dan Teluk Wondama. Tatap muka KBM di sekolah memiliki risiko penularan cukup tinggi.

"Konsekuensinya memang berat karena pendidikan anak tidak maksimal, tapi kalau dipaksakan kita akan berhadapan dengan resiko kesehatan anak-anak kita," ucap Arnold.

Pemerintah kabupaten dan kota sebaiknya bersabar terutama di daerah zona merah dan zona kuning. Di sisi lain sistem daring atau belajar dirumah dan metode yang lain agar dioptimalkan seraya menunggu perkembangan epidemi di Papua Barat.
Arnold menekankan bahwa, kajian matang harus dilakukan sebelum menerapkan sistem tatap muka KBM, diantaranya tentang perkembangan epidemiologi.

"Secara akumulatif kasus COVID-19 di Papua Barat sedang dalam kondisi menanjak, belum ada tanda-tanda penurunan meskipun beberapa daerah saat ini sudah kembali ke zona kuning dan hijau," katanya lagi.

Dari laporan Gugus Tugas COVID-19 di daerah, lanjut Arnold, jumlah konfirmasi positif di Papua Barat saat ini sudah mencapai 595 kasus. Jumlah kasus tertinggi terjadi di Kota Sorong disusup Kabupaten Sorong dan Manokwari.

"Teluk Wondama pun masih terus ada tambahan. Meskipun kasus di Wondama tidak sebanyak daerah lain tapi penambahan kasus yang terjadi belakangan ini patut jadi perhatian," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa, penularan COVID-19 dikalangan siswa atau pelajar SMP ke bawah harus dicegah. Pemerintah kabupaten dan kota memiliki peran cukup besar.

"Lebih baik kita bersabar antara dua sampai tiga bulan kedepan atau bahkan enam bulan kedepan. Agar anak-anak kita terbebas dari COVID-19," kata Tiniap.

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020