Wasior (Antaranews Papua Barat) - Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, meminta para pedagang di pasar Soyar dan Pasar Sore Waskam segera pindah ke pasar sentral di Iriati.

Para pedagang diberu waktu paling lambat 5 Januari 2018 untuk melakukan persiapan dan menempati los baru di pasar Iriati

Wakil Bupati Teluk Wondama Paulus Indubri menyatakan langkah tegas berupa pembokaran tempat jualan hingga pencabutan ijin usaha bakal diberlakukan bagi pedagang yang masih membandel.

Mulai 5 Januari mendatang, tim gabungan yang terdiri atas Satpol PP bersama aparat kepolisian dan TNI akan melakukan penertiban. Tim gabungan tersebut juga sekaligus menjaga kawasan Pasar Soyar maupun Pasar Sore agar tidak ada lagi aktivitas jual beli di tempat tersebut.

"Bagi siapa yang tidak taat pasti kena resiko. Resiko hukum dan sangsi. Sangsi maksimal bisa dengan mencabut ijin usahanya. Jadi bagi mereka yang tidak taat ya pasti kita cabut ijin usahanya," tandas Indubri usai rapat bersama membahas penertiban pedagang pasar di Mapolres Teluk Wondama, Rabu.

Upaya Pemkab menyatukan semua pedagang pasar ke Pasar Sentral Iriati yang dimulai semenjak pasar baru tersebut diresmikan 12 April 2017 lalu, sejauh ini belum sepenuhnya berhasil. Sebagian besar pedagang enggan pindah karena berbagai alasan.

Setidaknya sudah enam kali Pemkab merencanakan penertiban Pasar Soyar dan Pasar Sore dengan memindahkan paksa para pedagang. Namun langkah tegas tersebut belum pernah dilakukan hingga penghujung tahun 2017.

"Jadi kita tidak mungkin lagi mundur dan masyarakat juga harus pahami bahwa ini langkah terakhir yang mungkin kami lakukan,"kata Wabup.

Sementara itu, sejumlah pedagang Pasar Soyar yang ditemui sebelumnya menyatakan pada prinsipnya mereka siap pindah ke Pasar Iriati. Namun selama ini mereka belum mau pindah karena alasan Pasar Iriati sepi pembeli.

Minimnya pembeli juga menjadi alasan utama sejumlah pedagang yang sudah pindah ke Pasar Sentral Iriati memutuskan kembali berjualan di Pasar Soyar maupun Pasar Sore.

"Di atas (Pasar Iriati) tidak ada pembeli. Kita pedagang itu kan mau cari untung siapa mau cari rugi baru kalau tidak ada yang datang beli, kita mau makan apa. Kita pedagang ini semua kredit (di Bank), tiap bulan harus bayar cicilan," kata seorang pedagang yang enggan namanya diberitakan. (*)

Pewarta: Zack Tonu Bala

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018