Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Papua Barat mengumumkan sebanyak 31 dari 161 orang sebagai pemenang lomba desain batik dengan motif kearifan lokal Papua Barat atau Bumi Kasuari.
Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere di Manokwari Kamis mengatakan, Dekranasda selaku mitra strategis pemerintah daerah berkewajiban untuk melestarikan kearifan lokal.
"Tanah Papua sudah enam provinsi, sudah semestinya batik dari Papua Barat punya motif sendiri," kata Ali Baham.
Menurut dia, penyelenggaraan lomba tersebut merupakan bagian dari upaya mengembangkan potensi seni dan kreativitas generasi muda dalam menghasilkan motif batik Papua Barat yang berkualitas.
Pemerintah provinsi senantiasa mendukung berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh mitra strategis, sehingga seni dan budaya lokal semakin berdaya saing di level nasional maupun internasional.
"Saya mengapresiasi Dekranasda karena sudah membuat terobosan pertama kali. Selama ini, batik Tanah Papua semua sama," ujar Ali Baham.
Ketua Dekranasda Papua Barat Sitti Mardiana Temongmere menjelaskan, 31 pemenang lomba itu terdiri atas enam pemenang utama (juara 1-3 dan harapan 1-3), kemudian 25 orang mendapat juara favorit.
Ada sejumlah kriteria penilaian terhadap hasil desain setiap peserta, antara lain kesesuaian dengan tema melestarikan nilai budaya luhur Papua Barat, estetika, keaslian, keunikan, dan filosofi motif.
"Motif asli Papua Barat itu seperti burung kasuari, rumah kaki seribu, keindahan alam Teluk Triton, filosofi satu batu tiga tungku, dan lainnya," ujar Sitti.
Ia menyebutkan, peserta lomba yang berhasil meraih juara 1 mendapat uang pembinaan Rp15 juta, juara 2 Rp13 juta, dan juara 3 Rp10 juta, kemudian piagam penghargaan serta sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Pengumuman 31 nama sebagai pemenang lomba desain batik bermotif asli Papua Barat tersebut tercantum dalam surat pengumuman Nomor: 7/Peng/Dekranasda/PB/XII/2024.
"Kalau uang pembinaan hanya juara 1 sampai 3, tapi untuk semua pemenang akan dapat sertifikat HAKI dan sudah terbit," jelasnya.
Ketua panitia lomba Daniel Jemmy Oruw menjelaskan, penerbitan sertifikat HAKI tidak hanya untuk 31 pemenang, melainkan seluruh peserta yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan lomba.
Pengiriman hasil desain batik bermotif Papua Barat dimulai sejak 29 November 2024 dan berakhir pada 13 Desember 2024, setelah itu seluruh karya dinilai oleh tim penilai selama satu hari (14 Desember 2024).
"Setelah 31 sertifikat HAKI terbit, nanti kami proses lagi untuk 130 sertifikat sesuai jumlah peserta lomba," jelas Jemmy.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024