Pemerintah Provinsi Papua Barat memetakan wilayah-wilayah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan kopi.

"Selain di Pegunungan Arfak ternyata di Kabupaten Kaimana juga ada. Itu warisan dari hasil budidaya yang dilakukan para guru puluhan tahun silam," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Holtikultura, Yakob Fonataba di Manokwari, Jumat.

Dia menjelaskan, dari hasil pemetaan yang dilakukan, daerah yang memiliki potensi akan dimasukan dalam program pengembangan. Selanjutnya untuk daerah yang sudah terdapat perkebunan akan masuk dalam program optimalisasi.

"Di Kaimana ini ada sekitar 30 hektare, data di atas kertas seperti itu. Kami akan cek ke lapangan untuk memastikan," kata Fonataba.

Selama ini, kata dia, tanaman kopi di daerah tersebut sudah berbuah namun belum diurus secara baik, karena berada di daerah yang cukup sulit dijangkau. Masyarakat maupun pemerintah daerah setempat kesulitan karena tidak ada kendaraan yang bisa menembus lokasi tersebut.

"Lokasinya berada di daerah perbatasan antara Kaimana dan Nabire. Secara administrasi daerah itu masuk di Kaimana, mudah-mudahan nanti bisa kita urus," kata.

Selain Kaimana, di Kabupaten Pegunungan Arfak juga terdapat kebun kopi yang tersebar di sejumlah titik. Optimalisasi juga akan dilakukan untuk menjawab peluang pasar.

"Kita sudah bawa kopi Arfak ke festival kopi nasional. Kopi arabica dari Arfak memiliki aroma khas, berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia," ujarnya.

Selain itu, di daerah ini juga  Pemprov bersama Pemkab sedang mengembangkan perkebunan baru. Sejak tahun 2018 sebanyak 20 anakan tanaman kopi sudah di tanam. Lahan baru perkebunan kopi di Pegunungan Arfak diperkirakan mencapai 20 hektar.

"Pegunungan Arfak memiliki potensi besar. Mudah-mudahan tidak lagi bisa menjadi sentra kopi di Papua Barat," ujarnya.

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2019