Wasior (Antara)-Para petani di wilayah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, hingga saat ini, masih kesulitan dalam memperoleh pupuk bersidi untuk mengembangkan pertanian mereka

"Harga tinggi, di sini bisa mencapai Rp.500 sampai Rp.600 ribu persak. Padahal di Manokwari kalau pupuk subdisi paling cuma sekitar 200 ribu," kata Asri Hasan salah satu petani di kawasan Transmigrasi Kampung Sobey.

Meskipun harga tinggi, kata Asri, petani terpaksa membeli, karena mereka sangat membutuhkan. Disisi lain, mereka tidak punya pilihan mengingat hingga kini pupuk bersubsidi belum masuk ke Wondama.

Dia menyebutkan, selama ini petani masih bergantung pada para pengecer yang mendatangkan pupuk dari Manokwari.

"Dengan alasan biaya angkut tinggi karena harus menggunakan angkutan laut, pupuk dilepas ke petani dengan harga yang cukup mahal. Sudah begitu kita tidak bisa beli banyak karena pasokan terbatas," ujarnya lagi.

Asri berharap Pemkab Teluk Wondama segera mencari jalan keluar agar pupuk bersubsidi bisa masuk ke Wondama. Dengan demikian beban biaya yang ditanggung petani bisa berkurang.

"Harapan kita Pemda bagaimana caranya mencari pihak-pihak ketiga yang siap (jadi distributor pupuk) supaya ada pemasok pupuk bersubsidi," sebutnya.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Distrik Teluk Duairi Otto Wosiri membenarkan pupuk memang menjadi kebutuhan yang paling dicari petani di wilayah transmigrasi di Sobey maupun Warayaru. Tanpa pupuk terbukti hasil produksi padi terus menurun.

"Sudah musim tanam ke-4 ini kita kendala di pupuk sehingga target produksi tidak tercapai,"ujar Otto.

Sebelumnya Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Metusalak Boseren menjelaskan, pupuk bersubdisi yang menjadi jatah Teluk Wondama hingga kini belum bisa dibawa ke Wondama karena terhambat persyaratan teknis yang ditetapkan produsen pupuk yakni PT.Pupuk Sriwijaya.

Dia menjelaskan, persyaratan teknis yang wajib dipenuhi adalah harus ada pengusaha yang menjadi distributor dengan ketentuan harus memiliki gudang penyimpanan serta alat angkut yang memadai.

"Syarat ini yang sampai sekarang belum bisa dipenuhi para pelaku usaha Wondama," pungkasnya.***

Pewarta: Zack Tonu B

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2017