Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat menginisiasi penyelenggaraan pasar murah guna menjaga kestabilan harga bahan pokok menjelang perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah/2024 Masehi.
Kepala BI Papua Barat Setian di Manokwari, Rabu, mengatakan pasar murah merupakan salah satu upaya mengantisipasi lonjakan harga karena permintaan bahan pokok mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah.
"Supaya harga-harga bahan pangan tidak melonjak, dan inflasi tetap terkendali," kata Setian.
Dia menjelaskan penyelenggaraan pasar murah tersebut melibatkan sejumlah distributor bahan pokok, Perum Bulog Cabang Manokwari, dan pelaku usaha binaan pemerintah provinsi setempat.
Komoditas yang dijual meliputi telur ayam, beras, minyak goreng, tepung terigu, gula pasir, bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan komoditas pangan lainnya.
"BI juga bekerja sama dengan Dinas Perindag dan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat," ucap dia.
Selain itu, kata dia, BI juga melaksanakan survei pemantauan harga komoditas pangan secara mingguan yang kemudian diinformasikan kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Papua Barat.
Hasil survei itu sangat bermanfaat bagi perumusan langkah strategis dalam mengatasi gejolak harga komoditas pangan terutama menjelang hari besar keagamaan.
"Melalui survei bisa diketahui komoditas apa saja yang mengalami kenaikan harga atau sebaliknya," ucap Setian.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat Merry mengatakan, tingkat inflasi tahunan pada Februari 2024 sebesar 3,61 persen (yoy) dengan komoditas beras menjadi penyumbang tertinggi yaitu 1,09 persen (yoy).
Selain beras ada empat komoditas utama penyumbang inflasi, meliputi angkutan udara 0,39 persen (yoy), sigaret kretek 0,35 persen (yoy), bawang putih 0,27 persen (yoy), dan tomat 0,19 persen (yoy).
"Beras memberikan andil inflasi yang paling tinggi dari empat komoditas utama penyumbang inflasi" ucap Merry.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Kepala BI Papua Barat Setian di Manokwari, Rabu, mengatakan pasar murah merupakan salah satu upaya mengantisipasi lonjakan harga karena permintaan bahan pokok mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah.
"Supaya harga-harga bahan pangan tidak melonjak, dan inflasi tetap terkendali," kata Setian.
Dia menjelaskan penyelenggaraan pasar murah tersebut melibatkan sejumlah distributor bahan pokok, Perum Bulog Cabang Manokwari, dan pelaku usaha binaan pemerintah provinsi setempat.
Komoditas yang dijual meliputi telur ayam, beras, minyak goreng, tepung terigu, gula pasir, bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan komoditas pangan lainnya.
"BI juga bekerja sama dengan Dinas Perindag dan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat," ucap dia.
Selain itu, kata dia, BI juga melaksanakan survei pemantauan harga komoditas pangan secara mingguan yang kemudian diinformasikan kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Papua Barat.
Hasil survei itu sangat bermanfaat bagi perumusan langkah strategis dalam mengatasi gejolak harga komoditas pangan terutama menjelang hari besar keagamaan.
"Melalui survei bisa diketahui komoditas apa saja yang mengalami kenaikan harga atau sebaliknya," ucap Setian.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat Merry mengatakan, tingkat inflasi tahunan pada Februari 2024 sebesar 3,61 persen (yoy) dengan komoditas beras menjadi penyumbang tertinggi yaitu 1,09 persen (yoy).
Selain beras ada empat komoditas utama penyumbang inflasi, meliputi angkutan udara 0,39 persen (yoy), sigaret kretek 0,35 persen (yoy), bawang putih 0,27 persen (yoy), dan tomat 0,19 persen (yoy).
"Beras memberikan andil inflasi yang paling tinggi dari empat komoditas utama penyumbang inflasi" ucap Merry.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024