Manokwari,(Antaranews Papua Barat)-Kota Sorong, Papua Barat, pada Juli 2018 mengalami inflasi sebesar 1,47 persen dan menduduki rangking tertinggi dibanding daerah lain di Indonesia.

"Ini dipicu oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan, transportasi, komunikasi. Untuk bahan pangan memang tak terbendung pada bulan Juli," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat Endang Retno Subiyandini di Manokwari, Rabu.

Untuk Papua Bara, lanjut Retno, secara keseluruhan juga mengalami inflasi pada Juli 2018, yakni sebesar 1,25 persen.

Gejala kenaikan inflasi menurutnya, sudah terasa sejak April. Dari April hingga Juli 2018, berturut-turut dari 0,66 persen pada bulan April, 0,66 pada Mei, 1,20 pada Juni dan 1,25 pada Juli.

"Sorong ini yang cukup mengejutkan, perlu ada intervensi secara kontineu sehingga pada bulan Agustus bisa lebih di stabilkan," kata dia lagi.

Sumbangsih bahan makanan dalam pembentukan inflasi di Kota Sorong mencapai 2,25 persen. Transportasi, Komunikasi dan jasa keuangan 2,24 persen.

"Transportasi udara memang masih cukup tinggi, namun sudah agak mending dibanding bulan sebelumnya. Yang memiliki pengaruh signifikan adalah komunikasi terutama pada harga  pulsa data," sebut Endang.

Pada Juli 2018, ujarnya melanjutkan, Manokwari pun mengalami inflasi, namun jauh lebih rendah dibanding Kota Sorong. Inflasi Manokwari pada bulan lalu hanya 0,56 persen.

"Pembentuknya sama, kelompok bahan makanan, transportasi dan komunikasi. Transportasi dan komunikasi di Manokwari lebih tinggi pengaruhnya dibanding bahan makanan," kata dia lagi.

Berdasarkan data nasional, kenaikan pulsa data terjadi secara merata di setiap daerah. Inflasi terendah terjadi di Kota Surabaya yakni 0,03 persen.(*)

 

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018