Dewan Pengurus Pusat Gerakan Kesejahteraan untuk Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) mengadakan pelatihan praktis peningkatan kesehatan mental bagi penyandang difabel tuli di Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada Sabtu.
Kegiatan yang difasilitasi Sekolah Luar Biasa (SLB) Terpadu Panca Kasih Manokwari dan Dinas Pendidikan Papua Barat, menghadirkan Tim Gerkatin bersama Herbert Klein selaku penasihat tuli independen bidang kesehatan mental asal Inggris.
Kepala SLB Panca Kasih Manokwari Haryati mengatakan, kaum difabel atau berkebutuhan khusus perlu mendapatkan bimbingan dan edukasi secara profesional agar mampu mengelola stres dalam kehidupan sosial sehari-hari.
"Berdasarkan hasil penelitian, penyandang tuli mudah sekali stres dan depresi jadi perlu diedukasi soal bagaimana cara kelola kesehatan mental," kata Haryati.
Dia menyebut bahwa Herbert Klein bersama Tim Gerkatin sangat konsen terhadap peningkatan kualitas kesehatan mental bagi penyandang tuli Indonesia melalui pelatihan praktis di 22 provinsi.
Pelaksanaan pelatihan kesehatan mental penyandang tuli di Manokwari terlebih dahulu disampaikan kepada Dinas Pendidikan Papua Barat beberapa waktu lalu, dan ke depannya akan dibentuk Gerkatin Papua Barat.
"Saya senang sekali karena selama ini belum ada workshop kesehatan mental penyandang tuli di Papua Barat," ujar Haryati.
Dia menyebut peserta pelatihan kesehatan mental sebagian besar merupakan alumni SLB Terpadu Panca Kasih Manokwari, dan materi yang diberikan antara lain cara memvalidasi perasaan menggunakan bahasa isyarat.
Pihaknya berharap penyelenggaraan kegiatan pembinaan ketahanan mental untuk difabel dapat berlanjut di kemudian hari, sehingga SLB membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan setempat.
"Kaum difabel sebenarnya sama dengan orang normal yang butuh interaksi sosial dengan orang lain, butuh bercerita dan butuh didengar," jelas Haryati.
Tahun 2025, kata dia, SLB Panca Kasih Manokwari akan berlolaborasi dengan sejumlah instansi pemerintah seperti Lapas Perempuan Kelas III Manokwari, Polbangtan Manokwari, dan Dinas Kehutanan Papua Barat.
Hal tersebut berdampak positif terhadap pelaksanaan program wisata edukasi bagi seluruh siswa penyandang difabel dalam perluasan wawasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Kegiatan yang difasilitasi Sekolah Luar Biasa (SLB) Terpadu Panca Kasih Manokwari dan Dinas Pendidikan Papua Barat, menghadirkan Tim Gerkatin bersama Herbert Klein selaku penasihat tuli independen bidang kesehatan mental asal Inggris.
Kepala SLB Panca Kasih Manokwari Haryati mengatakan, kaum difabel atau berkebutuhan khusus perlu mendapatkan bimbingan dan edukasi secara profesional agar mampu mengelola stres dalam kehidupan sosial sehari-hari.
"Berdasarkan hasil penelitian, penyandang tuli mudah sekali stres dan depresi jadi perlu diedukasi soal bagaimana cara kelola kesehatan mental," kata Haryati.
Dia menyebut bahwa Herbert Klein bersama Tim Gerkatin sangat konsen terhadap peningkatan kualitas kesehatan mental bagi penyandang tuli Indonesia melalui pelatihan praktis di 22 provinsi.
Pelaksanaan pelatihan kesehatan mental penyandang tuli di Manokwari terlebih dahulu disampaikan kepada Dinas Pendidikan Papua Barat beberapa waktu lalu, dan ke depannya akan dibentuk Gerkatin Papua Barat.
"Saya senang sekali karena selama ini belum ada workshop kesehatan mental penyandang tuli di Papua Barat," ujar Haryati.
Dia menyebut peserta pelatihan kesehatan mental sebagian besar merupakan alumni SLB Terpadu Panca Kasih Manokwari, dan materi yang diberikan antara lain cara memvalidasi perasaan menggunakan bahasa isyarat.
Pihaknya berharap penyelenggaraan kegiatan pembinaan ketahanan mental untuk difabel dapat berlanjut di kemudian hari, sehingga SLB membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan setempat.
"Kaum difabel sebenarnya sama dengan orang normal yang butuh interaksi sosial dengan orang lain, butuh bercerita dan butuh didengar," jelas Haryati.
Tahun 2025, kata dia, SLB Panca Kasih Manokwari akan berlolaborasi dengan sejumlah instansi pemerintah seperti Lapas Perempuan Kelas III Manokwari, Polbangtan Manokwari, dan Dinas Kehutanan Papua Barat.
Hal tersebut berdampak positif terhadap pelaksanaan program wisata edukasi bagi seluruh siswa penyandang difabel dalam perluasan wawasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024