Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Papua Barat fokus mengembangkan misi dari Kementerian Pertanian untuk menumbuhkan petani milenial di wilayah tersebut.

Kepala Laboratorium Peternakan Terpadu Polbangtan Manokwari Petrus Dominikus Satsoeitoeboen di Manokwari, Selasa, mengatakan untuk menumbuhkan petani milenial, pihaknya memanfaatkan laboratorium untuk penelitian hasil lanjutan produk peternakan.

"Selain laboratorium menunjang praktik mahasiswa, di laboratorium kita juga mengolah hasil peternakan menjadi hasil lanjutan, arahnya agar bisa dikonsumsi masyarakat," katanya.

Ia menjelaskan dengan pengolahan hasil lanjutan produk pertanian tersebut melatih mahasiswa untuk agribisnis, karena saat ini Polbangtan mencetak lulusan dengan pendidikan vokasi yang memiliki gelar sarjana peternakan terapan.

Diharapkan lulusan Polbangtan mempunyai kemampuan tidak hanya job seeker (pencari kerja) namun juga job creator (pembuat kerja). Dengan itu lulusan Polbangan bisa kerja sebagai karyawan atau bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri.

"Sekarang Kementan lebih fokus menumbuhkan petani milenial, karena itu Polbangtan bisa menciptakan lulusan sesuai misi dari Kementan," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini minat anak muda untuk menjadi petani semakin berkurang, petani-petani yang ada kebanyakan adalah petani tua. Kalau petani milenial tidak dibentuk mulai dari sekarang maka ke depan Indonesia akan kekurangan petani.

Polbangtan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pendidikan di bawah Kementan juga melaksanakan program baru dari Kementan yaitu Kampus Membangun Desa.

Dengan program tersebut, dosen melibatkan mahasiswa untuk pengabdian masyarakat dengan melakukan penyuluhan di desa-desa.

Dengan program itu mahasiswa diturunkan ke desa kemudian melakukan identifikasi potensi wilayah dan melihat permasalahan yang ada. Setelah itu diangkat menjadi topik penelitian lalu hasil penelitian diterapkan mengatasi permasalahan di desa tersebut.

"Contoh yang di Desa Sumberboga di Distrik Masni telah terjadi rawan gizi. Kemudian mahasiswa kita melakukan penelitian dan ditemukan solusinya adalah mengolah ampas tahu menjadi nuget," katanya.

Mahasiswa kemudian melakukan penelitian di laboratorium terkait kandungan gizi ampas tahu dan dikombinasikan dengan nuget ayam.

Setelah hasil penelitian sudah memenuhi syarat keluarlah produk nuget ampas tahu untuk meningkatkan gizi di desa tersebut.

"Hasilnya ternyata produk nuget ampas tahu disukai anak-anak sehingga masyarakat minta hasil penelitian itu jadi produk unggulan di sana," ujarnya.
 

Pewarta: Ali Nur Ichsan

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024