Wasior (Antara) - Kelompok perempuan di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat menggelar aksi penolakan dan mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Pada aksi yang dimotori Persekutuan Wanita (PW) Gereja Kristen Injili (GKI) Klasis Wondama di Wasior, Sabtu, itu perempuan korban kekerasan didorong berani bersuara dan melaporkan pelaku tindak kekerasan kepada pihak berwajib

"Kitorang (kita semua) harus bergerak untuk mengurangi kekerasan. Kalau kitorang diam berarti kitorang juga pelaku dari kekerasan itu. Jadi sekarang dobrak budaya bisu dan kita harus bersuara untuk menyuarakan kedamaian dan keadilan di atas tanah peradaban ini," kata Pendeta Agustina Kubiari, Sekretaris Klasis GKI Wondama saat berorasi.

Di Teluk Wondama sebagian besar kekerasan yang dialami kaum perempuan dan terjadi dalam rumah tangga. Faktor budaya dan tradisi, para istri selaku korban lebih memilih diam dan tidak berani melapor kepada aparat Kepolisian.

Ketua Pokja Perempuan Klasis GKI Wondama juga menyerukan semua komponen perempuan Wondama agar menyatukan tekad untuk menolak kekerasan terhadap perempuan dan mengutuk setiap pelaku kekerasan.

"Sudah saatnya semua kekerasan terhadap perempuan dihentikan agar lahir generasi penerus yang tahu menghargai perempuan," kata dia.

Bupati Teluk Wondama Bernadus A. Imburi yang hadir membuka kegiatan tersebut juga menyerukan agar kekerasan terhadap perempuan terutama yang terjadi dalam rumah tangga (KDRT) dihentikan.

"Bagi yang laki-laki sebagai pelaku kekerasan, mari kita stop buat kekerasan. Kita sayang perempuan. Saya pikir kalau kita semua baku sayang pasti semua baik, semua indah dan semua bagus,"ujar Bupati.

Imburi juga mendorong perempuan korban kekerasan agar berani melapor ke pihak berwajib agar pelaku kekerasan bisa diproses hukum.

"Jangan diam saja karena diam saja berarti tidak menyelesaikan persoalan, " kata Imburi menambahkan.

Sebagai wujud komitmen menolak kekerasan terhadap perempuan, Klasis GKI Wondama melalui Pokja Perempuan pada kesempatan itu mendeklarasikan pembentukan pos pelayanan terpadu bagi perempuan korban kekerasan.

Wadah tersebut diharapkan menjadi solusi bagi perempuan korban kekerasan yang enggan melaporkan pelaku karena merasa malu atau risih jika melaporkan langsung ke pihak kepolisian.

"Makanya gereja inisiasi agar ada tempat yang membuat perempuan korban kekerasan bisa merasa nyaman dan leluasa menyampaikan kekerasan yang dialami. Gereja menginisiasi tapi pengelolaanya nanti oleh kaum perempuan sendiri dan ini terbuka untuk umum," sebut Ketua Pokja Keadilan dan HAM Klasis GKI Wondama P Urus.

Aksi ini digelar untuk peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 25 November 2017. Aksi dilakukan dengan longmarch yang diikuti puluhan perempuan terutama ibu-ibu.

Peserta berjalan kaki sejauh 4 kilometer dari depan gedung Gereja Betania Wasior menuju kantor Klasis GKI Wondama di Miei.(****)

Pewarta: Zack Tonu B

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2017