Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan dukungan bagi pemanfaatan kapal atau perahu yang digerakkan oleh mesin bertenaga surya atau Photovoltaics Boat (PV Boat) di Desa Oeseli, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Dengan kita manfaatkan energi surya ini kita bisa meningkatkan ketahanan energi, ketersediaan energi, tanpa harus tergantung dengan bahan bakar dari luar," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna usai acara Peluncuran Proyek Percontohan PV Boat dan PV Agri di Desa Oeseli, Rote Ndao, Selasa.
PV Boat merupakan proyek percontohan transisi energi dan ekonomi ramah lingkungan melalui dedieselisasi, Kementerian Federal Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan melalui GIZ bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi-Kementerian ESDM.
Proyek percontohan itu bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dengan menggantikan mesin diesel dengan mesin bertenaga surya, yang tidak hanya memperbaiki kualitas udara tetapi juga mendukung kegiatan ekonomi dan ekowisata yang berkelanjutan di siang hari.
Ia menjelaskan secara umum pemanfaatan energi di Indonesia didominasi oleh energi fosil, yang memiliki masalah antara lain polusi dan ketersediaan yang terbatas.
Oleh karena itu, perlunya upaya meningkatkan ketahanan energi dengan mencari sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi untuk menjamin ketahanan energi.
Pulau Rote, kata Andriah Feby Misna, memiliki akses terbatas terhadap energi. Ia mencontohkan antrean panjang bahan bakar minyak di beberapa SPBU dalam Kota Ba'a, ibu kota Kabupaten Rote Ndao, yang bisa lebih parah jika tidak ada kapal yang masuk karena cuaca buruk.
Menurutnya, kapal-kapal layar masih menggunakan bahan bakar minyak, padahal Rote memiliki energi baru terbarukan yakni tenaga surya yang potensial.
Untuk itu, kehadiran PV Boat dapat menjadi salah satu bentuk dorongan pemanfaatan energi baru terbaharukan, yang juga sejalan dengan target dari Pemerintah RI untuk menurunkan emisi karbon pada 2030 dan emisi nol bersih (Net Zero Emission) pada 2060.
Lebih lanjut ia menilai keberadaan PV Boat yang dimanfaatkan di lokasi wisata itu memberikan banyak manfaat. Dengan adanya PV Boat, masyarakat tidak perlu lagi mengantre bahan bakar minyak berlama-lama. Selain itu, tidak ada lagi pencemaran di danau Telaga Nirwana akibat tumpahan oli atau bahan bakar.
"Kita juga bisa mengurangi emisi karbonnya karena kita menggunakan energi surya yang tidak menghasilkan emisi, lalu emisi suara, sehingga bisa berkeliling tidak berisik dengan suara mesin diesel yang ada," kata dia.
Andriah Feby Misna berharap PV Boat yang telah dihadirkan dalam bentuk baterai, mesin listrik, dan stasiun panel itu dapat dijaga dengan baik oleh masyarakat. Ia ingin ada pemanfaatan dan perawatan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana tersebut.
"Mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik sehingga nantinya project ini bisa berkelanjutan dan bisa bertahan lama, juga bisa direplikasi di tempat lain atau skalanya diperbesar," ucap dia berharap.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rote Ndao James Therik menyambut baik kehadiran PV Boat yang nantinya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Ia mengatakan PV Boat tentu saja menjadi contoh penerapan inovasi teknologi untuk meningkatkan usaha masyarakat, sekaligus mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan.
James pun berharap pemerintah desa dapat menjaga dengan baik teknologi itu, sehingga nantinya bisa bermanfaat untuk desa tersebut.
"Harus dijaga dengan baik dan dipergunakan, dikelola, dan memberi manfaat serta berdampak," kata dia menegaskan.
Ada pun proyek PV Boat yang dilaksanakan di Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya merupakan inisiatif inovatif yang menggantikan mesin diesel dengan teknologi yang bersumber dari tenaga surya untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan ekowisata.
Dua kapal yang memanfaatkan mesin listrik bertenaga surya itu digunakan untuk membawa wisatawan berkeliling ke Telaga Nirwana tanpa suara bising mesin kapal, tidak kotor, dan lebih nyaman.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
"Dengan kita manfaatkan energi surya ini kita bisa meningkatkan ketahanan energi, ketersediaan energi, tanpa harus tergantung dengan bahan bakar dari luar," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna usai acara Peluncuran Proyek Percontohan PV Boat dan PV Agri di Desa Oeseli, Rote Ndao, Selasa.
PV Boat merupakan proyek percontohan transisi energi dan ekonomi ramah lingkungan melalui dedieselisasi, Kementerian Federal Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan melalui GIZ bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi-Kementerian ESDM.
Proyek percontohan itu bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dengan menggantikan mesin diesel dengan mesin bertenaga surya, yang tidak hanya memperbaiki kualitas udara tetapi juga mendukung kegiatan ekonomi dan ekowisata yang berkelanjutan di siang hari.
Ia menjelaskan secara umum pemanfaatan energi di Indonesia didominasi oleh energi fosil, yang memiliki masalah antara lain polusi dan ketersediaan yang terbatas.
Oleh karena itu, perlunya upaya meningkatkan ketahanan energi dengan mencari sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi untuk menjamin ketahanan energi.
Pulau Rote, kata Andriah Feby Misna, memiliki akses terbatas terhadap energi. Ia mencontohkan antrean panjang bahan bakar minyak di beberapa SPBU dalam Kota Ba'a, ibu kota Kabupaten Rote Ndao, yang bisa lebih parah jika tidak ada kapal yang masuk karena cuaca buruk.
Menurutnya, kapal-kapal layar masih menggunakan bahan bakar minyak, padahal Rote memiliki energi baru terbarukan yakni tenaga surya yang potensial.
Untuk itu, kehadiran PV Boat dapat menjadi salah satu bentuk dorongan pemanfaatan energi baru terbaharukan, yang juga sejalan dengan target dari Pemerintah RI untuk menurunkan emisi karbon pada 2030 dan emisi nol bersih (Net Zero Emission) pada 2060.
Lebih lanjut ia menilai keberadaan PV Boat yang dimanfaatkan di lokasi wisata itu memberikan banyak manfaat. Dengan adanya PV Boat, masyarakat tidak perlu lagi mengantre bahan bakar minyak berlama-lama. Selain itu, tidak ada lagi pencemaran di danau Telaga Nirwana akibat tumpahan oli atau bahan bakar.
"Kita juga bisa mengurangi emisi karbonnya karena kita menggunakan energi surya yang tidak menghasilkan emisi, lalu emisi suara, sehingga bisa berkeliling tidak berisik dengan suara mesin diesel yang ada," kata dia.
Andriah Feby Misna berharap PV Boat yang telah dihadirkan dalam bentuk baterai, mesin listrik, dan stasiun panel itu dapat dijaga dengan baik oleh masyarakat. Ia ingin ada pemanfaatan dan perawatan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana tersebut.
"Mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik sehingga nantinya project ini bisa berkelanjutan dan bisa bertahan lama, juga bisa direplikasi di tempat lain atau skalanya diperbesar," ucap dia berharap.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rote Ndao James Therik menyambut baik kehadiran PV Boat yang nantinya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Ia mengatakan PV Boat tentu saja menjadi contoh penerapan inovasi teknologi untuk meningkatkan usaha masyarakat, sekaligus mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan.
James pun berharap pemerintah desa dapat menjaga dengan baik teknologi itu, sehingga nantinya bisa bermanfaat untuk desa tersebut.
"Harus dijaga dengan baik dan dipergunakan, dikelola, dan memberi manfaat serta berdampak," kata dia menegaskan.
Ada pun proyek PV Boat yang dilaksanakan di Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya merupakan inisiatif inovatif yang menggantikan mesin diesel dengan teknologi yang bersumber dari tenaga surya untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan ekowisata.
Dua kapal yang memanfaatkan mesin listrik bertenaga surya itu digunakan untuk membawa wisatawan berkeliling ke Telaga Nirwana tanpa suara bising mesin kapal, tidak kotor, dan lebih nyaman.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024