Manokwari, (Antara)-Masyarakat adat di wilayah Kabupaten Kaimana, Papua Barat, memiliki tradisi yang unik dalam menjaga kelestarian lingkungan dan ekologi alam baik di darat maupun laut.

Melalui siaran pers yang diterima Antara, Senin, Manager Urusan Kawasan Konservasi dan Kebijakan di Provinsi Papua Barat Cinsercation International (CI) Indonesia Alberth Nebore mengatakan, mengatakan masyarakat sejumlah suku di daerah tersebut memiliki tradisi "sasi nggama"

Menurutnya, tradisi ini merupakan bentuk dari konservasi tradisional yang telah dipertahankan secara turun temurun sebagai bentuk kearifan lokal.

"Kawasan Konservasi Perairan Kaimana sebagai aset masyarakat Kaimana dan pemerintah Daerah. Tradisi ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat," kata dia.

Tradisi tersebut, lanjutnya, juga sebagai upaya yang dapat terus di dorong untuk memajukan sektor pariwisata kawasan perairan.

Dia berpandangan, Sasi Nggama merupakan identitas kultural. Tradisi ini sudah melekat dan menjadi sistem pengelolaan sumber daya alam tradisional yang sudah ada sejak lama.

"Dahulu, Sasi Nggama konon digunakan para leluhur masyarakat untuk mengatur pemanfatan sumber daya alam. Kearifan lokal masyarakat tradsional inilah yang melindungi alam dan SDA di daerah tersebut," ucapnya lagi.

Kepala Kampung Siawatan Kaimana, Jen Wamoy menyebutkan, Kampung Siawatan sudah dijadikan kampung sejak tahun 1962. Sejak dahulu tradiso ini sudah dilakukan oleh orang-orang tua jauh sebelumnya.

"Sasi Nggama merupakan salah satu budaya suku Koiwai yang ada dikampung Siawatan," katanya.

Beberapa waktu lalu, pemerintahbdarrah bersama masyarakat menggelar prosesi buka Sasu Nggama di kampung Siawatan Distrik Etna. Kegiatan tersebut digelar di pulau Nawarum Kampung Siawatan.

Asisten II Sekda Kabupaten Kaimana. Martinus Furima mengatakan, Sasi Nggama bukan hal baru bagi masyarakat. Selain, sasi pantai dan laut masyarakat di wilayah pegunungan pun memiliki tradisi serupa yang disebut sasi kebun

Menurutnya tradisi ini perlu dilestarikan dan menjadi perhatian pemerintah terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.(***)

Pewarta: Toyiban

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2017