Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat menggagas pelatihan memodifikasi tas tradisional Noken Arfak untuk mama-mama asli Papua di Manokwari yang tergabung dalam Ikatan Wanita Gereja Persekutuan Kristen Alkitab (GPKAI).

Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Roni Cahyadi di Manokwari, Senin, mengatakan pelatihan tersebut merupakan upaya mendorong peningkatan kualitas produk UMKM lokal agar skala usaha dan akses pasar semakin luas.

"Upaya bagaimana menciptakan produk-produk Noken dari Suku Arfak yang semakin berdaya saing," ucap Roni.

Dia menjelaskan materi pelatihan dikemas dalam bentuk praktik selama dua hari (25-26 Maret 2024), sehingga perajin Noken Arfak memahami teknik menjahit yang semakin kreatif dan inovatif.

Pelatihan itu melibatkan dua orang instruktur dari Jagat Craft Yogyakarta dengan jumlah peserta perajin Noken Arfak yang berdomisili di Kabupaten Manokwari sebanyak 20 orang.

"Supaya produk Noken Arfak memiliki daya tarik tersendiri yang akan meningkatkan ekonomi perajin," kata Roni.

Bank Indonesia sebagai mitra strategis pemerintah daerah, katanya, telah menyusun peta jalan pengembangan produk UMKM di seluruh wilayah Papua Barat agar dapat bersaing pada pasar global.

Keberlanjutan program pembinaan pelaku UMKM akan dielaborasikan dengan instansi teknis baik provinsi maupun kabupaten, sehingga berdampak dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

"UMKM menjadi salah satu motor penggerak perekonomian daerah, makanya Bank Indonesia sangat perhatian," ujar Roni.
Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Roni Cahyadi (kanan) dan Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Papua Barat Gaudia Hae (tengah) melihat Noken Arfak yang diproduksi Ikatan Perempuan GPKAI di Manokwari, Senin. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)

Sementara itu Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat Gaudia Hae menjelaskan tas tradisional Noken telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 4 Desember 2012.

Bahan baku pembuatan tas tradisional tersebut berasal dari sumber daya alam seperti kulit kayu tertentu, pelepah nenas, dan serat anggrek yang awalnya digunakan untuk membawa bahan pangan.

"Zaman sudah berkembang, sekarang Noken menjadi tren fesyen di kalangan masyarakat," ucap Gaudia.

Dia berharap seluruh peserta memanfaatkan materi pelatihan dengan maksimal guna meningkatkan mutu, kualitas, dan citra produk Noken Arfak sesuai permintaan pasar global.

Pemerintah Provinsi Papua Barat dalam waktu dekat  menyelenggarakan pelatihan serupa demi meningkatkan wawasan perajin Noken dalam menjawab perkembangan dunia fesyen saat ini.

"Pelatihan bagi pelaku UMKM terus berlanjut," ujarnya.

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024