Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel), Papua Barat Daya memaparkan bahwa kasus stunting di wilayah itu mengalami penurunan signifikan setelah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya.

Kepala Dinkes Sorsel Marthina Atanay di Teminabuan, Selasa, mengatakan kasus stunting pada 2022 mencapai 36 persen, kemudian menurun drastis pada 2023 menjadi 21 persen.

"Berdasarkan data terbaru sejak Januari hingga Februari 2024, kasus stunting mengalami penurunan hingga 21 persen," jelasnya.

Walaupun sudah mengalami penurunan, lanjut Marthina, Dinkes setempat terus melakukan pendampingan kepada anak yang mengalami stunting dengan memberikan asupan makanan tambahan.

"Kita memberikan makanan tambahan satu hari dua kali, diantaranya pagi dan malam. Makanan yang diberikan itu merupakan makanan yang mengandung zat gizi," ujarnya.

Selain itu, Dinkes Sorsel membentuk tim khusus yang bertugas melakukan pemantauan dan mengecek langsung saat kegiatan posyandu.

"Balita yang mengalami stunting akan dicek setiap kali posyandu, bila anak tersebut tidak datang ke posyandu maka tim akan melakukan kunjungan langsung ke rumah untuk mengetahui kondisi anak penderita stunting tersebut," kata Marthina.

Selain pendampingan dari dinas, pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh dokter di puskesmas, tenaga kesehatan dan para kader.

Marthina melanjutkan, pihaknya juga melakukan survei kembali kepada anak penderita stunting jika masih ditemukan menderita stunting maka dilakukan pendampingan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) di setiap puskesmas dan posyandu.

"Kami sudah rapat dengan kepala puskesmas untuk tetap bekerja sama menurunkan angka stunting hingga 18 persen di Kabupaten Sorsel. Kemudian pendampingan oleh puskesmas dan posyandu, di situ kami akan memberikan makanan tambahan kepada bayi balita stunting selama 9 bulan," ujarnya.
 

Pewarta: Paulus Pulo

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024