Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Kota Sorong, Papua Barat Daya menargetkan penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada kelas VIII dan IX di sekolah itu akan terlaksana pada 2024-2025.

Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Sorong Herlin Maniagasi di Sorong, Rabu, menjelaskan penerapan IKM di SMPN 3 Kota Sorong sudah berjalan pada kelas VII sejak tahun pelajaran 2023, sementara kelas VIII dan IX menjadi target pada 2024-2025.

"Kita rencana targetkan ke depan kelas penerapan IKM ini akan diterapkan di seluruh kelas," jelas Herlin.

Dia memastikan di 2025 seluruh kelas mulai dari kelas VII hingga IX IKM sudah bisa berjalan. Hal ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan belajar yang lebih optimal bagi para siswa.

Menurut dia, Implementasi Kurikulum Merdeka menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, seperti, memberikan keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Kemudian, mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan kontekstual melalui pengerjaan projek yang relevan dengan kehidupan nyata, dan membentuk karakter siswa yang beriman, berakhlak mulia, bergotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis.

"Justru karena itulah kita menargetkan supaya IKM itu benar-benar diterapkan di setiap kelas di SMPN 3 ini," ujarnya.

Dia menilai bahwa penerapan IKM di kelas VII ini sudah berjalan baik, sehingga itu nantinya menjadi rujukan untuk penerapan ke kelas VII dan IX.

"Kelas VII ini nanti naik kelas VIII dan kelas IX penerapan IKM terus berlanjut, kemudian siswa baru yang nantinya masuk kelas VII pada semester berikut pun kita menerapkan IKM," bebernya.

Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

"Dalam P5 itu anak-anak telah berkreasi dalam membuat rok dan mahkota Papua, kemudian membuat keripik dari sayuran, itu sudah selesai," bebernya.

Kemudian, pada April, Mei dan Juni, siswa kelas VII akan mencoba untuk menanam hidroponik yang nantinya didampingi guru profesional yang ditentukan.

"Jadi kreasi pertama sudah, kemudian kedua membuat keripik pun sudah, anak-anak sendiri menggoreng lengkap dengan label produksinya," ucapnya.

Baginya IKM ini merupakan program yang sangat strategis bagi tumbuh kembang anak didik baik dari sisi ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk karakter siswa itu lebih mandiri dan kreatif.

Jumlah siswa di kelas VII yang menerima IKM kurang lebih 329 siswa, sementara jumlah seluruh siswa SMPN 3 Kota Sorong sebanyak 1.008 siswa.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong, Yuli Atmini menjelaskan bahwa penerapan IKM di Kota Sorong baru mencapai 80 persen, sementara 20 persen lainnya menjadi target penerapan kurikulum tersebut pada tahun ini.

"Penerapan kurikulum di Kota Sorong belum seluruh sekolah, baru capai 80 persen," jelas Kepala Dinas Yuli Atmini.

Disebutkan, sebanyak 20 persen sekolah yang belum terapkan Kurikulum Merdeka di Kota Sorong, karena belum ada kesiapan dari pihak sekolah.

"Apalagi kurikulum ini merupakan program baru sehingga membutuhkan kesiapan matang dan mantap," ungkap Yuli.

Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong, bahwa sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka terdiri dari, SD dan MI sebanyak 90 sekolah, kemudian tingkat SMP dan MTs berjumlah 44 dan jumlah SMA/SMK adalah 35 sekolah.

"Jadi ada sekitar 169 sekolah yang belum terapkan Kurikulum Merdeka," sebut Yuli.

Berkaitan dengan itu, dia kemudian memastikan bahwa pada 2024 ini seluruh sekolah sudah harus menerapkan program Kurikulum Merdeka.

"Kita pastikan pada 2024 ini, seluruh sekolah sudah menerapkan Kurikulum Merdeka," kata Yuli.

Pewarta: Yuvensius Lasa Banafanu

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024