Bupati Kaimana, Papua Barat Freddy Thie mengharapkan maskapai penerbangan Batik Air dari Lion Air Grup dalam waktu secepatnya bisa terbang ke Bandara Kaimana untuk menunjang kelancaran transportasi ke luar daerah.
Bupati Freddy Thie saat dihubungi ANTARA dari Manokwari, Rabu, mengatakan hingga saat ini penerbangan ke Bandara Kaimana hanya dilayani oleh satu maskapai yaitu Wings Air jenis ATR-72.
Pesawat Wings Air melayani rute penerbangan Manokwari-Kaimana pergi pulang tiga kali selama sepekan dan rute penerbangan Sorong-Kaimana pergi pulang enam kali sepekan.
"Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Batik Air sejak beberapa waktu lalu. Kami minta Batik Air membuka rute penerbangan Jakarta-Makassar-Kaimana pergi pulang. Kami punya komitmen untuk bisa mewujudkan Batik Air terbang ke Bandara Kaimana," kata Bupati Thie.
Meski demikian, untuk bisa mewujudkan rencana pesawat Batik Air bisa terbang ke Kaimana, dibutuhkan banyak pembenahan fasilitas pendukung di Bandara Kaimana. Saat ini landas pacu Bandara Kaimana baru memiliki panjang 2.000 meter.
Sebelumnya, Pemkab Kaimana berencana menjadikan pariwisata sebagai salah satu program strategis sekaligus program unggulan selama kepemimpinan Bupati Freddy Thie dan Wabup Hasbulla Furuada yang dilantik pada 2021.
"Kita mau bicara soal pengembangan pariwisata, pengembangan investasi dan lain-lain tapi untuk akses ke Kaimana bagaimana, makanya kami membutuhkan dukungan transportasi yang reguler, salah satunya melalui Batik Air," tutur Bupati Thie.
Dengan mendorong masuknya armada pesawat berbadan lebar seperti Batik Air ke Kaimana, Bupati Thie berharap akan ada perhatian dari Kementerian Perhubungan untuk mendukung pengembangan Bandara Kaimana.
Pengembangan tersebut diharapkan dapat mencakup perpanjangan landas pacu, pembangunan gedung terminal dan berbagai perangkat peralatan keselamatan penerbangan.
"Kami tidak bisa hanya mengandalkan APBD yang sangat terbatas. Kalau Batik Air jadi masuk di Kaimana maka secara otomatis infrastruktur pendukung lainnya akan dilengkapi," ujarnya.
Ia pun menginginkan agar nantinya Bandara Kaimana menjadi bandara hub untuk beberapa kabupaten terdekat seperti Fakfak dan Nabire.
Saat ini, Kemenhub sedang membangun bandara skala internasional di Fakfak, dengan anggaran yang digelontorkan mencapai Rp600 miliar hingga Rp700 miliar.
Hal yang sama juga dilakukan di Kabupaten Nabire yang kini telah ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah.
"Kalau Bandara Nabire dan Fakfak belum selesai dikerjakan, maka kami bisa minta untuk hub di Kaimana. Kami punya landasan panjangnya 2.000 meter, terminal penumpang kami juga lebih bagus," jelas mantan pengusaha sukses ini.
Beberapa waktu lalu pihak Batik Air bahkan sudah melakukan survei ke Bandara Kaimana untuk memastikan kemungkinan pendaratan armada pesawatnya di wilayah itu.
"Tentu ada catatan menyangkut hal-hal teknis yang mereka temukan. Saya komitmen untuk barang ini harus jalan, tentu kami butuh dukungan penuh dari Kementerian Perhubungan. Kalau ada yang kurang-kurang, tentu sambil berjalan bisa kita benahi," kata Bupati Thie.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022
Bupati Freddy Thie saat dihubungi ANTARA dari Manokwari, Rabu, mengatakan hingga saat ini penerbangan ke Bandara Kaimana hanya dilayani oleh satu maskapai yaitu Wings Air jenis ATR-72.
Pesawat Wings Air melayani rute penerbangan Manokwari-Kaimana pergi pulang tiga kali selama sepekan dan rute penerbangan Sorong-Kaimana pergi pulang enam kali sepekan.
"Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Batik Air sejak beberapa waktu lalu. Kami minta Batik Air membuka rute penerbangan Jakarta-Makassar-Kaimana pergi pulang. Kami punya komitmen untuk bisa mewujudkan Batik Air terbang ke Bandara Kaimana," kata Bupati Thie.
Meski demikian, untuk bisa mewujudkan rencana pesawat Batik Air bisa terbang ke Kaimana, dibutuhkan banyak pembenahan fasilitas pendukung di Bandara Kaimana. Saat ini landas pacu Bandara Kaimana baru memiliki panjang 2.000 meter.
Sebelumnya, Pemkab Kaimana berencana menjadikan pariwisata sebagai salah satu program strategis sekaligus program unggulan selama kepemimpinan Bupati Freddy Thie dan Wabup Hasbulla Furuada yang dilantik pada 2021.
"Kita mau bicara soal pengembangan pariwisata, pengembangan investasi dan lain-lain tapi untuk akses ke Kaimana bagaimana, makanya kami membutuhkan dukungan transportasi yang reguler, salah satunya melalui Batik Air," tutur Bupati Thie.
Dengan mendorong masuknya armada pesawat berbadan lebar seperti Batik Air ke Kaimana, Bupati Thie berharap akan ada perhatian dari Kementerian Perhubungan untuk mendukung pengembangan Bandara Kaimana.
Pengembangan tersebut diharapkan dapat mencakup perpanjangan landas pacu, pembangunan gedung terminal dan berbagai perangkat peralatan keselamatan penerbangan.
"Kami tidak bisa hanya mengandalkan APBD yang sangat terbatas. Kalau Batik Air jadi masuk di Kaimana maka secara otomatis infrastruktur pendukung lainnya akan dilengkapi," ujarnya.
Ia pun menginginkan agar nantinya Bandara Kaimana menjadi bandara hub untuk beberapa kabupaten terdekat seperti Fakfak dan Nabire.
Saat ini, Kemenhub sedang membangun bandara skala internasional di Fakfak, dengan anggaran yang digelontorkan mencapai Rp600 miliar hingga Rp700 miliar.
Hal yang sama juga dilakukan di Kabupaten Nabire yang kini telah ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah.
"Kalau Bandara Nabire dan Fakfak belum selesai dikerjakan, maka kami bisa minta untuk hub di Kaimana. Kami punya landasan panjangnya 2.000 meter, terminal penumpang kami juga lebih bagus," jelas mantan pengusaha sukses ini.
Beberapa waktu lalu pihak Batik Air bahkan sudah melakukan survei ke Bandara Kaimana untuk memastikan kemungkinan pendaratan armada pesawatnya di wilayah itu.
"Tentu ada catatan menyangkut hal-hal teknis yang mereka temukan. Saya komitmen untuk barang ini harus jalan, tentu kami butuh dukungan penuh dari Kementerian Perhubungan. Kalau ada yang kurang-kurang, tentu sambil berjalan bisa kita benahi," kata Bupati Thie.
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022