Salah satu sekolah di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yaitu SMAN 1 Polokarto menjadi klaster baru penyebaran wabah COVID-19.

"Kalau yang di Polokarto ini berasal dari keluarga guru, kemudian akhirnya dilakukan 'swab' (tes usap) kepada 17 guru," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Darno di Sukoharjo, Kamis.

Ia mengatakan dari hasil tes usap tersebut, ditemukan ada 11 guru yang terpapar COVID-19. Selanjutnya, Pemkab Sukoharjo mengambil tindakan dengan menutup aktivitas sekolah sampai 12 hari ke depan.

"Meski demikian, seluruhnya dalam kondisi orang tanpa gejala, sehingga hanya menjalani isolasi mandiri. Kami belum bisa komunikasi dengan teman-teman yang lain, namun harapan kami agar seluruh pihak terbuka dalam menyampaikan kondisi mereka masing-masing," katanya.

Meski ada klaster sekolah, untuk penyebaran wabah COVID-19 tidak sampai ke siswa karena sejak diberlakukannya status kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Sukoharjo, belum ada pembelajaran tatap muka (PTM).

"Apalagi, sejak pertama kali hingga saat ini, KLB sudah diperpanjang hingga lima kali. Sedangkan selama penutupan ini kami melakukan sterilisasi sekolah," katanya.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID- 19 Sukoharjo Yunia Wahdiyati mengatakan dengan penambahan tersebut saat ini ada lebih dari 30 klaster penyebaran COVID-19 di Kabupaten Sukoharjo.

"Setelah 'tracing' lini pertama yang hasil tes usapnya sudah keluar, saat ini dilakukan 'tracing' lini kedua, namun hasil belum keluar. Jadi kami imbau semua isolasi dulu sambil menunggu hasil tes usap seperti apa," katanya.

Mengenai status KLB di Kabupaten Sukoharjo, menurut dia, masih terus berlaku. Status tersebut akan dicabut jika jumlah kasus positif COVID-19 sudah menunjukkan penurunan.

"Selain itu, tidak ada kasus baru dari dua kali masa inkubasi. Baru kemudian KLB dicabut," katanya.

Pewarta: Aris Wasita

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020