Wasior, (Antaranews Papua Barat)- Musibah banjir bandang pada 4 Oktober 2010 yang merenggut ratusan nyawa harus menjadi pelajaran berharga bagi segenap warga Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Wondama Denny Simbar menyerukan pesan itu dalam sambutannya pada saat membuka Diklat Dasar-dasar Analisa Mengenai Dampak Lingkungan di hotel Aitumieiri Inn, Miei, Wasior, Senin (19/3).

"Mari kita ikut menjaga lingkungan dengan tidak merusak hutan, tidak menebang pohon sembarangan, tidak melakukan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang bisa mendatangkan dampak negatif," kata Denny pada acara yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup itu.

Kebiasaan buruk seperti suka membuang sampah sembarangan terutama ke laut dan sungai atau kali juga harus dihentikan. Sebaliknya warga harus membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya agar lingkungan tidak tercemar.

"Apalagi sampah atau limbah berbahaya seperti limbah B3 yang pada akhirnya akam memberikan dampak buruk bagi manusia," imbuh mantan pejabat Pemkab Jayapura, Papua ini.
 
Banjir bandang dashyat pada 2010 silam merupakan bencana terburuk sepanjang sejarah Kabupaten Teluk Wondama. Tidak hanya meluluntakkan kota Wasior, banjir yang juga membawa material batu dan batang-batang kayu berukuran besar menyebabkan sedikitnya 150 nyawa melayang.
 
Banjir serupa meski dengan skala yang lebih kecil kembali terjadi pada 2013. Meskipun masih jadi perdebatan, musibah tersebut diyakini terjadi akibat adanya penurunan daya tahan lingkungan terutama di kawasan cagar alam Pegungunan Wondiboi.(*)

 

Pewarta: zack T bala

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018