Wasior, (Antaranews Papua Barat)- Ratusan orang dari berbagai kalangan mengantar proses pemakaman mantan Sekda Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat, Yusak Karubuy, Sabtu (10/2)

Selain jasa dan kontribusi besarnya terhadap pembangunan Teluk Wondama, almahrum juga dikenang banyak orang karena merupakan sosok pejabat yang sederhana dan ramah.

"Beliau itu orang yang sangat sederhana," kata Wakil Bupati Paulus Indubri di rumah duka di Perumahan Pemda Manggurai, Wasior sebelum ibadah pemakaman.

Almahrum Jusak Karubuy menjabat Sekda Teluk Wondama mulai 2012 hingga 2015 pada periode pemerintahan Bupati Alberth H. Torey. Dan berlanjut pada periode Bupati Bernadus A. Imburi sampai dengan pensiun pada Mei 2017.

Kendati hanya selama satu tahun lebih bersama di pemerintahan, Wabup Indubri mengakui dia bersama Bupati Bernadus Imburi telah mendapat banyak pengalaman berharga dari almahrum.

"Saya minta teman-teman ASN belajarlah dari pengalaman beliau selama memimpin di tanah ini," ujar Indubri sembari menghaturkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas jasa dan dedikasi almahrum.

Alumnus SMEA Negeri Manokwari ini tercatat sebagai tokoh perintis pemekaran Kabupaten Teluk Wondama.

Hengki Mambor, salah satu tokoh perjuangan pembentukan Kabupaten Teluk Wondama menceritakan bagaimana almahrum berperan dalam upaya melahirkan Teluk Wondama pada 2002.

"Kita rapat pertama untuk minta legitimasi rakyat untuk mempersiapkan pemekaran Teluk Wondama di rumah almahrum pada 2002. Dari situ lahirlah surat mandat dari LMA Wasior dan LMA Windesi untuk bentuk tim sukses pemekaran Kabupaten Teluk Wondama, kata Hengki Mambor yang merupakan eks Kepala Bappeda.

Gerakan Pramuka Kwartir Cabang 3305 Teluk Wondama juga merasa sangat kehilangan atas berpulangnya Jusak Karubuy. Sebagai Ketua Kwarcab, almahrum tidak saja mampu membenahi keorganisasian, dia juga sukses menghadirkan beragam prestasi yang membuat harum nama Kabupaten Teluk Wondama.

"Kaka Jusak telah mendapatkan tanda penghargaan Melati yang merupakan tanda penghargaan tertinggi dalam Gerakan Pramuka oleh Presiden Republik Indonesia,"ucap Kuro Matani, pengurus Kwarcab 3305 Teluk Wondama.

Pria kelahiran 2 Mei 1957 ini meninggal dunia pada 8 Februari 2018 karena sakit. Almahrum meninggalkan satu orang isteri Julia Inggrid Manusiwa dan dua orang anak, Andro Y.W Karubuy dan Emelia Karubuy. Dia dimakamkan di tempat pemakaman umum Dotir, distrik Wasior. (*)

Pewarta: Zack Tonu Bala

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018