Ratusan umat Katolik Paroki Santo Albertus Agung Sorong Selatan (Sorsel), Papua Barat Daya, melaksanakan ibadah Jumat Agung dengan mencium salib dalam rangka mengenang kisah sengsara Yesus Kristus yang wafat di Kayu Salib dalam menebus dosa umat manusia.

Pastor Paroki Santo Albertus Agung Teminabuan Zepto Triffon Polii Pr, di Teminabuan, Jumat, mengatakan peristiwa hari ini menandakan bahwa penderitaan Yesus menjadi langkah awal hidup baru.

"Salib bagi orang Yunani merupakan simbol kebodohan, sementara orang Yahudi melambangkan sesuatu yang sangat memalukan," kata Zepto.

Ia melanjutkan bagi orang Kristian yang percaya, menganggap salib sebagai simbol kemenangan.

"Banyak orang menggunakan salib sebagai aksesoris baik di rumah, mau pun di kendaraan, namun tidak semua orang memahami simbol dan makna dari salib itu," kata Zepto.

Ia mengatakan, salib bukan sekedar aksesoris yang melambangkan seseorang sebagai umat Kristiani, namun makna lain dari salib adalah serah diri, dan tanda pengharapan.

"Salib merupakan tanda pengharapan bagi mereka yang berserah dan berharap. Maka salib perlu dimaknai secara mendalam," kata Zepto.*

Pewarta: Paulus Pulo

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024