Laura Beanal (16) berdiri di halaman Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP). Pagi itu terasa istimewa bagi Laura. Bersama temannya, Dewi Erakipia (11),  mereka menyambut tamu istimewa yang berkunjung ke SATP, awal Februari lalu.

Bertutur dalam bahasa Inggris yang fasih dan lancar, Laura (kelas 2 SMP) dan Dewi (kelas 5 SD) menjelaskan tentang SATP di hadapan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Vivi Yulaswati beserta rombongan. 

"Saya ingin menjadi Pilot," kata Laura saat ditemui di sela-sela kunjungan Bappenas ke SATP. 

Penyuka pelajaran bahasa Indonesia dan matematika ini bersekolah di SATP sejak kelas 1 SD. Ibunya tinggal di Kampung Banti, Distrik Tembagapura dan merupakan warga asli Suku Amungme. 

"Laura anak yang cerdas dan selalu semangat, dia salah satu pelajar berprestasi di SATP. Saat ini dia menjadi Ketua OSIS," kata Kepala Sekolah SATP Johana Tnunay.

Johana mengatakan, SATP mengembangkan Kurikulum Merdeka yang diturunkan dalam Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua. Kurikulum berbasis pengalaman nyata bersama pelajar akan membangun teori pengetahuan dan karakter sebagai pemimpin saintis dan entrepreneur. 

"Di sekolah ini, 60 persen kegiatan anak-anak adalah praktek. Teori-teori abstrak kita bawa ke praktek. Misalnya ekologi, ekonomi, entrepreneur, teknologi informasi, dan bahasa," katanya.

Kepala Perwakilan Yayasan Pendidikan Lokon SATP Andreas Ndityomas mengatakan bahwa selain pelajaran reguler, ada Program Adaptasi. Dalam program ini, pendidik mendalami kompetensi tiap individu dan meningkatkan kompetensinya.

"Misalnya dalam proses pendalaman ternyata ada yang belum bisa menulis, membaca, maka nanti ada sesi khusus untuk membantu meningkatkan keterampilan tersebut. Lalu anak-anak juga diarahkan mengikuti ekskul sepakbola, marching band, menari, melukis, olah vokal, membuat film pendek, juga keterampilan membuat noken," kata Andi.

Anak-anak di asrama juga mendapatkan pendidikan dan asupan gizi yang baik. Terdapat pula Klinik Kesehatan yang memantau kondisi kesehatan anak-anak.

"Kami ingin anak-anak sehat, aman, dan nyaman selama belajar di sekolah asrama. Terlebih mereka tinggal jauh dari orang tua," kata Andi.
 
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Vivi Yulaswati didampingi staf pengajar dan para siswa Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) Timika saat berkunjung ke sekolah itu baru-baru ini. (ANTARA/HO-Corcom PTFI)


Dialog dengan siswa

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Vivi Yulaswati, yang berdialog dan melihat dari dekat beragam kegiatan di SATP mengungkapkan kekagumannya kepada proses pembelajaran anak-anak.

"Senang sekali berada di antara anak-anak di Sekolah Asrama Taruna Papua. Buat saya, ini pengalaman luar bisa menemukan sekolah yang lengkap dan juga membawa anak-anak dari berbagai tempat di Papua. Paling tidak, ada 7 suku di sini," katanya.

Vivi berharap mereka bersekolah dengan penuh semangat di SATP dan terus melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

"Nggak boleh putus sampai SMA, kalau bisa ke perguruan tinggi, untuk bersama-sama membangun Papua dan pastinya Indonesia yang maju," katanya.

Sementara itu Senior Vice President Community Development Nathan Kum mengatakan bahwa dalam menjalankan usaha pertambangan, PTFI memperhatikan pembangunan masyarakat Amungme, Kamoro, dan 5 suku kerabat, serta masyarakat Papua lainnya.

"SATP adalah bagian dari investasi sosial yang telah menjadi komitmen PTFI kepada generasi muda Papua. Bagi kami, pendidikan yang berkualitas dan dan bermartabat bagi anak-anak Papua adalah prioritas," kata Nathan.

Selain di bidang pendidikan, investasi sosial PTFI mencakup bidang pemberdayaan masyarakat, sosial budaya, olahraga, infrastruktur, kesehatan, dan ekonomi.

Untuk diketahui, SATP adalah sekolah berbasis asrama milik Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amugme dan Kamoro (YPMAK) yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) Perwakilan Timika. 

YPMAK mengelola dana kemitraan untuk pemberdayaan masyarakat Suku Amungme dan Kamoro yang bermukim di sekitar area tambang di Kabupaten Mimika serta lima suku kekerabatan lainnya yaitu Dani, Damal, Nduga, Mee/Ekagi dan Moni.

Saat ini terdapat 1.139 pelajar pada jenjang SD dan SMP, serta 78 guru dan 77 pembina asrama. Anak-anak itu berasal dari sekitar kawasan tambang PTFI dengan mengutamakan dari Suku Amugme dan Kamoro, serta lima suku kekerabatan lainnya.

Keuletan dan ketekunan anak-anak dalam belajar membuahkan hasil. Sejumlah prestasi yang berhasil diraih pada tingkat Kabupaten Mimika adalah juara 2 olimpiade sains bidang studi IPS tingkat SD, juara 1 porseni cabang olahraga futsal untuk SD-SMP, juara 2 lomba lari, juara favorit lomba film pendek bertema toleransi umat beragama.

Prestasi yang diraih pada tingkat nasional adalah juara favorit piala Menpora untuk marching band, juara harapan 1 dan 2 kejuaraan wushu untuk kelas pemula tingkat nasional di Bandung.

Setiap prestasi dan pencapaian dari siswa merupakan usaha keras siswa yang didukung oleh guru-guru yang selalu mendukung dalam bentuk pembinaan secara konsisten dan terarah.

Selain semangat yang dimiliki siswa dalam berkompetisi serta didukung oleh guru-guru yang kompeten, ada dukungan terbesar dari PTFI yang benar-benar mengutamakan pemberdayaan masyarakat asli setempat yang senantiasa hidup berdampingan.

Harapan terbesar anak-anak asli Kamoro dan Amugme terus dipersiapkan menjadi generasi muda masa depan Kabupaten Mimika yang akan meneruskan pembangunan di masa mendatang. (*)
 

Pewarta: Evarianus Supar

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024