Matahari dari ujung bagian timur Indonesia mulai merangkak naik, menjadi pertanda berbagai aktivitas masyarakat di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan, dimulai.
Lalu-lalang sepeda motor listrik yang dikendarai masyarakat melintas dengan kecepatan rendah. Para aparatur sipil negara (ASN), siswa dan siswi sekolah dasar hingga sekolah menengah atas berangkat menuju perkantoran dan sekolahnya masing-masing.
Pagi itu, tidak hanya tentang rutinitas pelajar yang berangkat ke sekolah, ASN yang menjalankan tugas negara atau warga yang pergi ke hutan untuk mencari nafkah.
Di suatu sudut Distrik Agats, dua prajurit TNI terlihat berkali-kali berusaha menyalakan mesin sebuah becak motor roda tiga. Ialah Pratu Benny Ferdiansyah dan Praka Aldi Susanto Margono.
Keduanya merupakan prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pamtas RI-PNG Kewilayahan Batalyon Infanteri (Yonif) 125/Si'Mbisa. Mereka sedang bertugas menjaga pengamanan dan perbatasan kewilayahan, khususnya di Papua Selatan.
Hingga beberapa kali percobaan, becak motor itu pun berhasil dinyalakan. Mengenakan seragam TNI lengkap dengan baret di kepala, Pratu Benny bersama Praka Aldi mulai mengendarai kendaraan roda tiga itu menuju sebuah perkampungan yang tidak jauh dari Pos Kout, tempat mereka bertugas.
Sekitar 15 menit mengendarai kendaraan berwarna hijau itu, keduanya tiba di sebuah perempatan. Dari kejauhan kedatangan mereka telah disambut sorak-sorai puluhan anak-anak dengan riang gembira.
Semua anak-anak Papua yang mengenakan seragam bercorak loreng tersebut merupakan murid Pratu Benny dan Praka Aldi. Mereka bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Si'mbisa yang didirikan oleh prajurit Batalyon Infanteri 125/Si'mbisa.
Satu per satu anak-anak usia tiga hingga tujuh tahun itu naik ke atas becak motor yang dikemudikan Pratu Benny. Satu di antaranya dipangku Praka Aldi agar semuanya bisa duduk dengan nyaman.
Tak ada rasa canggung, apalagi takut. Mereka terlihat sangat akrab dengan personel TNI itu. Semua anak-anak begitu gembira ketika mesin becak motor mulai dinyalakan. Sepanjang perjalanan menuju Paud Si'mbisa, anak-anak tak henti-hentinya bernyanyi.
Dipandu Praka Aldi, mereka menyanyikan lagu-lagu nasional, "Garuda Pancasila", "Dari Sabang Sampai Merauke", hingga "Indonesia Raya" ciptaan WR Soepratman menjadi hiburan sepanjang perjalanan.
Tak berselang lama generasi emas Tanah Papua tersebut tiba di Paud Si'mbisa. Dengan hati-hati, satu per satu semuanya turun dari becak motor. Anak-anak yang turun langsung membentuk barisan dengan rapi.
Usai mendapatkan arahan, semua anak mulai masuk. Tak lupa, mereka berdoa agar diberikan kesehatan, keselamatan dan keberkahan dalam menimba ilmu.
Pelajaran pagi itu dimulai dengan pengenalan lima butir Pancasila. Kelima dasar negara yang ditulis Pratu Benny, prajurit asal Sarolangun, Jambi, tersebut disimak dengan baik oleh setiap anak.
Beberapa anak, bahkan telah hafal kelima butir Pancasila. Satu di antaranya ialah Minggus, anak Papua asli. Ia dengan lantang melafalkan satu per satu butir Pancasila.
Kemahiran Minggus mengucap Pancasila mendapatkan pujian dari guru dan teman-teman sebayanya. Tak hanya Minggus, anak-anak lainnya juga begitu antusias menunggu giliran melafalkan Pancasila.
Meski berusia dini, anak-anak tersebut telah memahami banyak materi pelajaran, seperti tanda baca koma, titik, tanda tanya, tanda seru, dan beberapa materi lainnya.
Menariknya, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik ketika mendapatkan pertanyaan dari guru.
Kegiatan di Paud dan Taman Baca Si'mbisa telah dimulai sejak Oktober 2023. Selain mengenalkan lagu-lagu nasional, Benny bersama rekannya juga mengajarkan tulis baca dan cara berhitung kepada anak-anak.
Proses belajar mengajar dilakukan setiap hari, kecuali hari libur, yang dimulai pukul 07.00 hingga selesai pukul 10.00 WIT. Kendati berlatar belakang TNI, Pratu Benny bersama Praka Aldi terlihat cukup mahir mengajari anak-anak Papua.
Sebab, sebelum Paud Si'mbisa dibuka, ia bersama rekannya telah mendapatkan pelatihan dari United Nations Children's Fund (Unicef). Pelatihan dari organisasi dana untuk anak-anak di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut sangat membantunya dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan.
Prajurit TNI itu dilatih tentang pedagogi, khususnya dalam mendidik anak-anak usia dini, misalnya materi pengenalan dan bunyi-bunyi huruf. Berbekal pelatihan tersebut, Pratu Benny dan Praka Aldi kini berhasil membentuk karakter anak-anak Papua yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal tulis baca.
Menurutnya, mendidik anak-anak pada usia tiga hingga enam tahun bahkan tujuh tahun bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi.
"Namanya anak-anak, kita harus ekstra sabar dalam mengajarinya. Minimal kita harus ikuti dulu kemauan mereka," kata dia, dalam perbincangan dengan ANTARA.
Selama bertugas di Tanah Papua, khususnya menjadi guru Paud, Benny mengaku terharu dengan semangat belajar yang ditunjukkan anak-anak tersebut.
Meskipun tidak selalu dijemput ke rumahnya, anak-anak di kabupaten berjuluk "Kota Seribu Papan" tersebut datang ke sekolah atas kemauan dan inisiatif sendiri.
Pendidikan karakter
Pengabdian prajurit TNI di Bumi Cenderawasih, khususnya di Kabupaten Asmat, tidak hanya tentang tulis baca, berhitung atau sekadar melafalkan butir-butir Pancasila. Selain itu, TNI juga berhasil mengubah dan membentuk karakter yang kuat terhadap anak-anak Papua.
Wakil Komandan Satgas Yonif 125/Si'mbisa Kapten Inf Daniel Supriatma menjelaskan sebelum atau di awal pendirian Taman Baca dan Paud Si'mbisa, anak-anak terlihat pemalu atau tidak begitu dekat dengan prajurit, namun lewat program unggulan tersebut prajurit itu berhasil membangun stigma baru bahwa TNI adalah saudara semua anak bangsa.
TNI adalah saudara atau kakak. Mereka hadir ingin membangun hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat, termasuk anak-anak.
Keberhasilan dalam membangun hubungan emosional itu, misalnya saat prajurit TNI berpapasan dengan masyarakat atau anak-anak yang menimba ilmu di Paud Si'mbisa. Saat bertemu di jalan, anak-anak dengan hangat akan menyapa prajurit TNI dengan sebutan abang, kakak, atau abangda.
Pendidikan formal yang diajarkan kepada anak bangsa tidak cukup hanya sebatas mengenalkan huruf dan angka. Lebih dari itu, pendidikan karakter merupakan salah satu kunci untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari awal merintis hingga Paud dan Taman Baca Si'mbisa terdaftar di Data Pokok Pendidikan Kabupaten Asmat, Kapten Daniel merasakan perubahan emosional dan karakter yang kuat dari anak-anak tersebut. Oleh sebab itu, ia berharap di masa depan akan lahir generasi emas Indonesia dari Tanah Papua.
Mengingat masa tugas Satgas Yonif 125/Si'mbisa yang segera berakhir, Kapten Daniel berharap satgas berikutnya melanjutkan program tersebut. Apalagi, Merintis pendirian Paud dan Taman Baca Si'mbisa bukanlah perkara gampang. Ia dengan kesatuannya harus pandai-pandai mendapatkan hati masyarakat lokal.
Untuk merebut hati masyarakat, prajurit TNI itu mendatangi satu per satu rumah warga di Distrik Agats untuk bersilaturahmi. Ketika hubungan baik itu sudah terjalin, mereka mulai menanyakan apakah para orang tua bersedia anak-anak mereka mengikuti program pendidikan di paud.
Dorongan dan semangat itu lahir dari keyakinan bahwa TNI tidak hanya bertugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun juga harus ikut membantu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Doa orang tua
Maria (40), ibu dari Yuven dan Kornelis murid Paud Si'mbisa, senang kedua anaknya bisa mengenyam pendidikan paud yang digagas TNI. Ia bercerita awal mulanya beberapa prajurit TNI datang ke rumahnya bersilaturahmi, dan menawarkan pendidikan paud gratis.
Sejak beberapa bulan mengikuti pembelajaran di paud dan taman baca, Maria melihat anaknya sudah mulai mengenal berbagai huruf dan angka. Padahal, sebelum masuk paud, kedua putranya sama sekali tidak mengetahui aksara maupun angka.
Perempuan dari salah satu suku di Kabupaten Mappi tersebut mengatakan selepas pulang sekolah, Yuven dan Kornelis tidak langsung pergi bermain dengan teman-temannya. Ia kembali belajar atau mengulangi materi-materi yang disampaikan gurunya saat di sekolah.
Sebagai orang tua, Maria bersama wali murid lainnya berharap pendidikan di Paud Si'mbisa terus berlanjut dan tidak terputus ketika Satgas Yonif 125/Si'mbisa tidak lagi bertugas di Kabupaten Asmat.
Ia juga menaruh harapan besar agar anak-anaknya menjadi generasi yang bisa membanggakan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, serta membawa kemajuan bagi Tanah Papua di kemudian hari.
Harapan dan cita-cita ibu enam orang anak ini sejatinya sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ikhtiar TNI mencerdaskan anak-anak di Kota Seribu Papan
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024
Lalu-lalang sepeda motor listrik yang dikendarai masyarakat melintas dengan kecepatan rendah. Para aparatur sipil negara (ASN), siswa dan siswi sekolah dasar hingga sekolah menengah atas berangkat menuju perkantoran dan sekolahnya masing-masing.
Pagi itu, tidak hanya tentang rutinitas pelajar yang berangkat ke sekolah, ASN yang menjalankan tugas negara atau warga yang pergi ke hutan untuk mencari nafkah.
Di suatu sudut Distrik Agats, dua prajurit TNI terlihat berkali-kali berusaha menyalakan mesin sebuah becak motor roda tiga. Ialah Pratu Benny Ferdiansyah dan Praka Aldi Susanto Margono.
Keduanya merupakan prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pamtas RI-PNG Kewilayahan Batalyon Infanteri (Yonif) 125/Si'Mbisa. Mereka sedang bertugas menjaga pengamanan dan perbatasan kewilayahan, khususnya di Papua Selatan.
Hingga beberapa kali percobaan, becak motor itu pun berhasil dinyalakan. Mengenakan seragam TNI lengkap dengan baret di kepala, Pratu Benny bersama Praka Aldi mulai mengendarai kendaraan roda tiga itu menuju sebuah perkampungan yang tidak jauh dari Pos Kout, tempat mereka bertugas.
Sekitar 15 menit mengendarai kendaraan berwarna hijau itu, keduanya tiba di sebuah perempatan. Dari kejauhan kedatangan mereka telah disambut sorak-sorai puluhan anak-anak dengan riang gembira.
Semua anak-anak Papua yang mengenakan seragam bercorak loreng tersebut merupakan murid Pratu Benny dan Praka Aldi. Mereka bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Si'mbisa yang didirikan oleh prajurit Batalyon Infanteri 125/Si'mbisa.
Satu per satu anak-anak usia tiga hingga tujuh tahun itu naik ke atas becak motor yang dikemudikan Pratu Benny. Satu di antaranya dipangku Praka Aldi agar semuanya bisa duduk dengan nyaman.
Tak ada rasa canggung, apalagi takut. Mereka terlihat sangat akrab dengan personel TNI itu. Semua anak-anak begitu gembira ketika mesin becak motor mulai dinyalakan. Sepanjang perjalanan menuju Paud Si'mbisa, anak-anak tak henti-hentinya bernyanyi.
Dipandu Praka Aldi, mereka menyanyikan lagu-lagu nasional, "Garuda Pancasila", "Dari Sabang Sampai Merauke", hingga "Indonesia Raya" ciptaan WR Soepratman menjadi hiburan sepanjang perjalanan.
Tak berselang lama generasi emas Tanah Papua tersebut tiba di Paud Si'mbisa. Dengan hati-hati, satu per satu semuanya turun dari becak motor. Anak-anak yang turun langsung membentuk barisan dengan rapi.
Usai mendapatkan arahan, semua anak mulai masuk. Tak lupa, mereka berdoa agar diberikan kesehatan, keselamatan dan keberkahan dalam menimba ilmu.
Pelajaran pagi itu dimulai dengan pengenalan lima butir Pancasila. Kelima dasar negara yang ditulis Pratu Benny, prajurit asal Sarolangun, Jambi, tersebut disimak dengan baik oleh setiap anak.
Beberapa anak, bahkan telah hafal kelima butir Pancasila. Satu di antaranya ialah Minggus, anak Papua asli. Ia dengan lantang melafalkan satu per satu butir Pancasila.
Kemahiran Minggus mengucap Pancasila mendapatkan pujian dari guru dan teman-teman sebayanya. Tak hanya Minggus, anak-anak lainnya juga begitu antusias menunggu giliran melafalkan Pancasila.
Meski berusia dini, anak-anak tersebut telah memahami banyak materi pelajaran, seperti tanda baca koma, titik, tanda tanya, tanda seru, dan beberapa materi lainnya.
Menariknya, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik ketika mendapatkan pertanyaan dari guru.
Kegiatan di Paud dan Taman Baca Si'mbisa telah dimulai sejak Oktober 2023. Selain mengenalkan lagu-lagu nasional, Benny bersama rekannya juga mengajarkan tulis baca dan cara berhitung kepada anak-anak.
Proses belajar mengajar dilakukan setiap hari, kecuali hari libur, yang dimulai pukul 07.00 hingga selesai pukul 10.00 WIT. Kendati berlatar belakang TNI, Pratu Benny bersama Praka Aldi terlihat cukup mahir mengajari anak-anak Papua.
Sebab, sebelum Paud Si'mbisa dibuka, ia bersama rekannya telah mendapatkan pelatihan dari United Nations Children's Fund (Unicef). Pelatihan dari organisasi dana untuk anak-anak di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut sangat membantunya dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan.
Prajurit TNI itu dilatih tentang pedagogi, khususnya dalam mendidik anak-anak usia dini, misalnya materi pengenalan dan bunyi-bunyi huruf. Berbekal pelatihan tersebut, Pratu Benny dan Praka Aldi kini berhasil membentuk karakter anak-anak Papua yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal tulis baca.
Menurutnya, mendidik anak-anak pada usia tiga hingga enam tahun bahkan tujuh tahun bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi.
"Namanya anak-anak, kita harus ekstra sabar dalam mengajarinya. Minimal kita harus ikuti dulu kemauan mereka," kata dia, dalam perbincangan dengan ANTARA.
Selama bertugas di Tanah Papua, khususnya menjadi guru Paud, Benny mengaku terharu dengan semangat belajar yang ditunjukkan anak-anak tersebut.
Meskipun tidak selalu dijemput ke rumahnya, anak-anak di kabupaten berjuluk "Kota Seribu Papan" tersebut datang ke sekolah atas kemauan dan inisiatif sendiri.
Pendidikan karakter
Pengabdian prajurit TNI di Bumi Cenderawasih, khususnya di Kabupaten Asmat, tidak hanya tentang tulis baca, berhitung atau sekadar melafalkan butir-butir Pancasila. Selain itu, TNI juga berhasil mengubah dan membentuk karakter yang kuat terhadap anak-anak Papua.
Wakil Komandan Satgas Yonif 125/Si'mbisa Kapten Inf Daniel Supriatma menjelaskan sebelum atau di awal pendirian Taman Baca dan Paud Si'mbisa, anak-anak terlihat pemalu atau tidak begitu dekat dengan prajurit, namun lewat program unggulan tersebut prajurit itu berhasil membangun stigma baru bahwa TNI adalah saudara semua anak bangsa.
TNI adalah saudara atau kakak. Mereka hadir ingin membangun hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat, termasuk anak-anak.
Keberhasilan dalam membangun hubungan emosional itu, misalnya saat prajurit TNI berpapasan dengan masyarakat atau anak-anak yang menimba ilmu di Paud Si'mbisa. Saat bertemu di jalan, anak-anak dengan hangat akan menyapa prajurit TNI dengan sebutan abang, kakak, atau abangda.
Pendidikan formal yang diajarkan kepada anak bangsa tidak cukup hanya sebatas mengenalkan huruf dan angka. Lebih dari itu, pendidikan karakter merupakan salah satu kunci untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari awal merintis hingga Paud dan Taman Baca Si'mbisa terdaftar di Data Pokok Pendidikan Kabupaten Asmat, Kapten Daniel merasakan perubahan emosional dan karakter yang kuat dari anak-anak tersebut. Oleh sebab itu, ia berharap di masa depan akan lahir generasi emas Indonesia dari Tanah Papua.
Mengingat masa tugas Satgas Yonif 125/Si'mbisa yang segera berakhir, Kapten Daniel berharap satgas berikutnya melanjutkan program tersebut. Apalagi, Merintis pendirian Paud dan Taman Baca Si'mbisa bukanlah perkara gampang. Ia dengan kesatuannya harus pandai-pandai mendapatkan hati masyarakat lokal.
Untuk merebut hati masyarakat, prajurit TNI itu mendatangi satu per satu rumah warga di Distrik Agats untuk bersilaturahmi. Ketika hubungan baik itu sudah terjalin, mereka mulai menanyakan apakah para orang tua bersedia anak-anak mereka mengikuti program pendidikan di paud.
Dorongan dan semangat itu lahir dari keyakinan bahwa TNI tidak hanya bertugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun juga harus ikut membantu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Doa orang tua
Maria (40), ibu dari Yuven dan Kornelis murid Paud Si'mbisa, senang kedua anaknya bisa mengenyam pendidikan paud yang digagas TNI. Ia bercerita awal mulanya beberapa prajurit TNI datang ke rumahnya bersilaturahmi, dan menawarkan pendidikan paud gratis.
Sejak beberapa bulan mengikuti pembelajaran di paud dan taman baca, Maria melihat anaknya sudah mulai mengenal berbagai huruf dan angka. Padahal, sebelum masuk paud, kedua putranya sama sekali tidak mengetahui aksara maupun angka.
Perempuan dari salah satu suku di Kabupaten Mappi tersebut mengatakan selepas pulang sekolah, Yuven dan Kornelis tidak langsung pergi bermain dengan teman-temannya. Ia kembali belajar atau mengulangi materi-materi yang disampaikan gurunya saat di sekolah.
Sebagai orang tua, Maria bersama wali murid lainnya berharap pendidikan di Paud Si'mbisa terus berlanjut dan tidak terputus ketika Satgas Yonif 125/Si'mbisa tidak lagi bertugas di Kabupaten Asmat.
Ia juga menaruh harapan besar agar anak-anaknya menjadi generasi yang bisa membanggakan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, serta membawa kemajuan bagi Tanah Papua di kemudian hari.
Harapan dan cita-cita ibu enam orang anak ini sejatinya sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ikhtiar TNI mencerdaskan anak-anak di Kota Seribu Papan
COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2024