Peringatan HUT ke-205 Pahlawan Nasional asal Maluku, Thomas Matulessy atau dikenal sebagai Kapitan Pattimura di Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat, Senin, dimeriahkan Tarian Mamala atau Pukul Manyapu oleh puluhan pemuda asal Maluku Tengah.

Para penari terdiri atas 20 pemuda bertelanjang dada, mengenakan celana pendek dan ikat kepala berwarna merah (kain berang), saling berhadapan kemudian saling memukul tubuh lawannya dengan lidi dari pohon enau.

Meski bekas sabetan lidi meninggalkan luka di badan, hal itu tidak mengurangi semangat para penari untuk terus tampil dan menghibur warga Kota Manokwari.

Abdul Gani Olong, salah satu penari Mamala, mengatakan tarian tersebut kerap dipentaskan di Desa Morella, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah.

"Ini baru pertama kali kami pentaskan Tarian Mamala di Kota Manokwari. Memang badan sakit terkena pukulan lidi lawan, tapi lukanya bisa sembuh setelah digosok dengan minyak Mamala," ujarnya.

Sesepuh Mamala di Manokwari, Ejen Malawat, mengatakan tarian tersebut tidak sembarangan dipentaskan.

Pementasan Tarian Mamala hanya dilakukan setiap 7 Syawal atau sepekan setelah Idul Fitri. Tarian tersebut diyakini telah populer di Maluku Tengah sejak abad ke-17, diciptakan oleh Imam Tuni, seorang tokoh Islam di Maluku saat itu.

Ia menuturkan Tarian Mamala bermula saat warga hendak membangun rumah ibadah (masjid) di kampung mereka. Untuk bisa membangun masjid, dibutuhkan satu tiang penyanggah utama.

Dalam prosesnya, tiang tersebut patah, namun setelah dioles dengan minyak Mamala, tiang yang patah tersebut bisa diperbaiki dan digunakan mendirikan masjid.

"Imam Tuni mendapat hidayah yang mampu memperbaiki kayu yang patah dengan menggunakan minyak Mamala. Sejak saat itulah minyak Mamala dicoba untuk penyembuhan luka pada manusia," ujarnya.

Minyak Mamala yang digunakan penyembuhan luka bekas sabetan lidi diracik secara khusus, dari bahan minyak kelapa murni yang diolah secara tradisional dan didoakan.

Atraksi Tarian Mamala diakhiri dengan mengoles minyak Mamala pada tubuh para penari yang dipercaya bisa menyembuhkan luka bekas sabetan lidi.
Para pemuda asal Maluku Tengah menampilkan Tarian Mamala untuk memeriahkan peringatan HUT ke-205 Pahlawan Nasional asal Maluku, Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura, di Manokwari, Papua Barat, Senin (16/5/2022). (ANTARA/HO-Tri Adi Santoso)


Kepala Suku Besar Arfak (Suku Asli Manokwari) Dominggus Mandacan yang hadir dalam peringatan itu, mengajak semua warga dari berbagai latar belakang suku, agama, budaya, dan ras yang bermukim di wilayah itu agar menjaga kerukunan dan kedamaian.

"Manokwari merupakan rumah kebinekaan di mana semua suku harus hidup berdampingan secara rukun dan damai," kata Mandacan yang beberapa hari lalu mengakhiri tugasnya sebagai Gubernur Papua Barat periode 2017-2022.

Para pemuda dan pemudi Maluku juga menampilkan Tarian Lalayon atau tari bernuansa cinta muda-mudi yang dibawakan secara berpasang-pasangan.

Pewarta: Tri Adi Santoso

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2022