Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Pembentukan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes dinilai menjadi strategi ampuh untuk menekan resistensi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), Ben G Saroy, di Manokwari, Senin, mengatakan, sejumlah persoalan masih menjadi tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata di taman nasional yang membentang di wilayah perbatasan Provinsi Papua dan Papua Barat tersebut.

Selain persoalan sampah dan pencemaran lingkungan, resistensi masyarakat terhadap kehadiran turis masih menjadi tantangan terbesar di kawasan ini.

"Masyarakat tidak suka dengan kunjungan wisatawan. Mereka belum bisa mengambil manfaat dari kehadiran turis," kata Saroy.

Untuk itu, menurutnya, perlu upaya serius dalam mengubah paradigma masyarakat terutama di wilayah kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat dan Nabire, Papua tersebut. Pemberian pemahaman harus terus didorong agar masyarakat sadar wisata.

"Kalau masalah sampah dan pencemaran saya rasa lebih mudah untuk diselesaikan. Menekan resistensi masyarakat ini harus dilakukan secara serius dan hati-hati," kata dia lagi.

Ia memyebutkan, BBTNTC bersama World Wide Fund (WWF) saat ini sedang mengembangkan konsep pariwisata berbasis masyarakat di Teluk Wondama dan Nabire. Pembentukan BUMDes terus dilakukan di kampung-kampung yang memiliki potensi besar pariwisata.

"Ini upaya kita untuk mengurangi resistensi masyarakat. Mereka harus dilibatkan langsung sebagai pelaku dalam mengelola pariwisata," sebutnya lagi.

Ben meyakini, kehadiran wisatawan di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih akan terus meningkat. Pada tahun 2019 pembangunan Resort Sowa dan Whale Shark Center di Kuwatisore, Nabire akan dimulai.

Pada tahun 2020 dan 2021, akan berlanjut pada pembangunan Resor di Purup dan Aisandami,Teluk Wondama.
Masterplan Pembangunan Resort Aisandami, Teluk Wondama yang dirancang BBTNTC (Foto/Antaranews Papua Barat/Toyib)

"Untuk membangun resort dan whale shark center atau pusat pemantauan hiu paus di tiga lokasi ini pemerintah pusat menggelontorkan anggaran sebesar Rp74 miliar," ungkapnya.

Ia optimistis, keberadaan resort dan whale shark center mampu menyedot lebih banyak kehadiran wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Ia juga berharap pada beberapa tahun kedepan masyarakat lebih siap dan mampu mengambil manfaat dari kehadiran wisatawan.(*)

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018