Manokwari (ANTARA)-Masyarakat di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, memiliki banyak tradisi unik dalam melindungi atau menjaga kelestarian alamnya.

Seperti halnya di Kampung Sumbokoro Distrik Windesi. Masyarakat di kampung ini memiliki tradisi sawora, yakni sebuah kearifan lokal masyarakat yang menutup aktifitas pencarian ikan dan seluruh hasil laut untuk kurun waktu tertentu.

Budaya Sawora atau di daerah lain di Papua Barat disebut sasi adalah upaya masyarakat adat untuk menjaga agar tidak eksploitasi berlebihan atas sumber daya laut. Sawora di Kampung Sumbokoro berlangsung selama dua tahun.

"Artinya dua tahun sekali baru massa panen dibuka. Saat ini kita sedang menunggu massa panen itu," kata Ben G Saroy, Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Sumbokoro, merupakan salah satu desa binaan lembaga yang berada dibawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup tersebut. Selain menjaga kelestarian kawasan penyangga di Taman Nasional, hal itu dilakukan untuk mendukung pengembangan pariwisata di wilayah tersebut.

Penutupan aktifitas pencarian hasil laut sudah ditutup sejak beberapa bulan lalu. Masyarakat sedang menunggu pembukaan dan biasanya pembukaan sawora akan dilakukan melalui prosesi adat.

"Pada pembukaan sawora nanti kita akan undang semua pihak. Kita juga akan umumkan agar para wisatawan dari luar dan dalam negeri juga datang menyaksikan langsung tradisi ini," kata Ben.

Pada massa panen, berbagai jenis ikan dan hasil laut tangkapan warga akan dilelang. Tentu momentum ini akan menjadi pesta panen laut bagi warga setempat.

Seperti dikemukakan Ben, tradisi sawora tak hanya dimiliki warga Sumbokoro. Lokasi lain yang juga memiliki kearifan lokal serupa adalah Kampung Napanyaur.

Sayangnya, tradisi tersebut belum berjalan baik di kampung tersebut. Balai Besar Taman Nasional akan mendorong kembali agar menjadi destinasi budaya baru selain Sumbokoro.

Budaya sawora sistem buka tutup massa panen, selain itu ada juga lokasi yang ditetap menjadi lokasi sawora atau sasi abadi. Dilokasi tersebut sama sekali tidak boleh ada aktivitas penangkapan.

Hal itu dilakukan di kawasan atau zona inti yang menjadi tempat bertelur dan pemijahan ikan. Perlindungan zona ini dilakukan karena lokasi ini merupakan penyangga utama ekologi dan populasi hewan laut di kawasan taman nasional yang membentang di wilayah Provinsi Papua Barat dan Papua tersebut.

"Sawora di Sumbokoro sudah berlangsung sekitar satu tahun. Kita tunggu sekitar tahun lagi untuk menikmati panen," ujarnya.

Bupati Teluk Wondama Bernadus A Imburi maupun wakilnya Paulus Y Indubri menggebu-nggebu untuk mengembangkan pariwisata sebagai sektor unggul di daerah tersebut.

Rasanya, niat tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan, mengingat fakta bahwa daerah ini menyimpan banyak potensi. Obyek pariwisata bisa dikembangkan di seluruh distrik, sebab, setiap wilayah memiliki potensi dan cukup beragam.

Selain memiliki kekayaan bahari, daerah ini juga cukup terkenal memiliki budaya dan kearifan lokal yang unik. Wisata sejarah dan religi pun dapat dikembang di daerah ini.

Kini pemerintah Teluk Wondama sedang "mengikat perut". Penghematan anggaran dilakukan untuk menekan utang dalam rangka meningkatkan kemampuan belanja.

Sejumlah pembangunan infrastruktur digenjot mulai tahun 2018. Dari jembatan hingga dermaga pelabuhan.

Pemda pun sedang intensif melakukan koordinasi dengan PT Telkomsel serta PLN (Persero). Bupati ingin seluruh kampung di Teluk Wondama teraliri listrik dan dapat dijangkau oleh jaringan seluler.***

Pewarta: Toyiban

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2017