Manokwari (ANTARA)-Pertemuan dua arah angin memicu terjadinya hujan serta munculnya guntur dan kilat di wilayah Povinsi Papua Barat.

Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klomatologi dan Geofisika Manokwari Denny Putiray, Rabu, mengatakan, kondisi diperkirakan berlangsung cukup lama.

Dia menjelaskan, beberapa hari terakhir terdapat pergerakan udara yang berasal dari dua arah yakni barat dan utara. Konfergensi udara diatas Papua Barat tersebut menimbulkan adanya awan cumulonymbus.

"Awan ini yang sering menjadi hujan. Kemudian tekanan udara dari dua arah inj memicu adanya guntur dan kilat," kata dia.

Selain itu, kata dia, pertemuan udara ini pun berdampak pada kemunculan angin cukup kuat yang memacu tinggi kelombang air laut. Nelayan tradisional diimbau berhati-hati karena ketinggian gelombang bisa mencapai 2 meter.

"Untuk aktifitas kapal tidak masalah, karena berbadan besat. Kita kuatirkan perahu-perahu nelayan," ujarnya lagi.

Dia menjelaskan, Papua Barat merupakan salah satu wilayah yang sering mengalami tekanan udara rendah. Hal ini menjadi salah satu faktor adanya konfergensi udara.

Menurutnya tekanan rendah ini bisa berlangsung cukup lama, sekitar satu pekan. Saat ini, curah hujan di sebagian besar wilayah Papua Barat sedang meningkat.

Pihaknya memprakirakan, curah hujan tinggi akan terus berlangsung hingga Maret dan April 2018.

Dia menambahkan, Papua Barat tidak mengalami dapat badai siklon cempaka dan badai dahila. Jarak kemunculan badai tersebut terlalu jauh dari wilayah Papua maupun Papua Barat.

"Badai siklon cempaka terjadi di wilayah laut selatan Pulau Jawa, sementara badai dahlia berada wilayah barat Sumatera. Terlalu jauh dengan Papua dan Papua Barat," sebutnya.(***)

Pewarta: Toyiban

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2017