Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat melaporkan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 yang diselenggarakan selama tahun 2022 menggambarkan angka kelahiran total di wilayah itu mengalami penurunan.
 
Kepala Bagian Umum BPS Papua Barat Johannis Lekatompessy di Manokwari, Rabu, mengatakan pengendalian kuantitas penduduk untuk mencapai penduduk tumbuh seimbang dilakukan melalui dua strategi yakni pengaturan angka fertilitas atau kelahiran dan penurunan mortalitas (angka kematian).
 
Tingkat fertilitas penduduk di Papua Barat turun dalam satu dekade terakhir yaitu 3,18 (SP 2010) turun menjadi 2,66 sesuai hasil SP 2022.
 
Artinya, anak yang dilahirkan selama masa produksi hanya berkisar 2 sampai 3 anak.
 
"Satu dekade terakhir angka kelahiran Papua Barat turun," kata Johannis.
 
Ia menerangkan, penurunan angka kelahiran ditopang oleh sejumlah faktor seperti turunnya angka fertilitas remaja usia 15-19 tahun karena pendewasaan usia perkawinan perempuan.
 
Kemudian, tingkat partisipasi perempuan pada pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan partisipasi kerja mengalami peningkatan.
 
"Faktor-faktor tersebut mendorong angka kelahiran turun," ujar dia.
 
Ia menjelaskan, tren penurunan tingkat kelahiran penduduk tersebar di 13 kabupaten/kota di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
 
Kota Sorong menjadi daerah dengan tingkat kelahiran paling rendah yaitu 2,20 disusul Kabupaten Manokwari 2,29, Kabupaten Fakfak 2,47, Kabupaten Teluk Bintuni 2,48, Kabupaten Sorong 2,48 dan Kabupaten Manokwari Selatan 2,62.
 
Selanjutnya Kabupaten Kaimana 2,84, Pegunungan Arfak 2,85, Sorong Selatan 3,24, Maybrat 3,49, Raja Ampat 3,60, Teluk Wondama 4,05 dan Kabupaten Tambrauw 4,08.
 
"Lima kabupaten di Indonesia masuk kategori tinggi termasuk Maybrat, Tambrauw dan Teluk Wondama," ujar Johannis.
 
Berdasarkan hasil SP 2022, kata dia, angka mortalitas bayi di Papua Barat mengalami penurunan dari 57,33 menjadi 37,06.
 
Capaian ini perlu digenjot melalui peningkatan program asupan gizi bagi ibu dan bayi, serta rata-rata pemberian ASI agar bayi mampu bertahan hidup.
 
Selain itu, terdapat 343 kematian perempuan pada saat hamil dan saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup.
 
"Program pemerintah sepertinya belum cukup, dan perlu digenjot lagi," ucap dia.
 
BPS mencatat, tingginya tingkat kematian ibu disebabkan oleh turunnya presentase perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun dengan proses kelahirannya ditolong tenaga kesehatan terlatih.
 
Kemudian, rendahnya persentase perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang proses kelahiran terakhirnya difasilitas kesehatan.
 
"Angka kematian ibu perlu dicermati, karena ini penting," tutur Johannis.
 
Pengendalian kuantitas penduduk merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai visi Indonesia Emas 2045 yang diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan.
 
Pemerintah berkomitmen untuk memperhatikan peningkatan kualitas penduduk, pembangunan keluarga, mobilitas penduduk, serta administrasi kependudukan.
 
Sehingga, data dan statistik menjadi pijakan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan hingga masa mendatang.
 
"Itu semua masuk dalam lima pilar pembangunan kependudukan," ujar dia.
 
Dia menuturkan, upaya meningkatkan kualitas penduduk dapat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan tingkat pendidikan antara generasi.
 
Berdasarkan hasil SP 2020, mayoritas penduduk Papua Barat usia 15 tahun ke atas berpendidikan sekolah menengah atau sederajat.
 
Mayoritas tingkat pendidikan tertinggi generasi baby boomer dan generasi x adalah sekolah dasar atau sederajat, sementara tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh generasi milenial adalah sekolah menengah sederajat.
 
"Baik di kota maupun desa rata-rata pendidikan sekolah menengah atau sederajat," ujar dia.
 
Ia menjelaskan, proporsi penduduk berstatus migran seumur hidup antarprovinsi pada generasi x dan generasi lebih rendah dari generasi pre-boomer dan baby boomer.
 
Tercatat 6 dari 100 penduduk pre-boomer dan baby boomer lahir di luar Papua Barat.
 
Ada tiga wilayah dengan angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota tertinggi di Papua Barat dan Papua Barat Daya yaitu Kota Sorong, Teluk Bintuni, dan Manokwari Selatan, sedangkan Sorong Selatan, Maybrat, dan Pegunungan Arfak memiliki angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota terendah.
 
"Ini mengindikasikan migrasi berkontribusi positif terhadap pertumbuhan," kata Johannis.
 
 

Pewarta: Fransiskus Salu Weking

Editor : Evarianus Supar


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2023