Manokwari, (Antaranews Papua Barat)-Whale Shark Center atau pusat hiu paus yang akan dibangun di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) diyakini mampu mengalahkan Whale Shark and Oceanic Research Center (WSORC) Honduras Amerika Serikat.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), Ben G Saroy di Manokwari, Minggu, mengatakan Whale Shark Center satu-satunya di dunia saat ini hanya ada di Honduras Amerika Serikat. Dalam waktu dekat Whale Shark Center juga akan dibangun di kawasan TNTC, tepatnya di wilayah perairan Kwatisore Kabupaten Nabire, Papua.

"Seluruh perencanaan pembangunan sudah tuntas, detail engineering design-nya sudah adalah. Tahun ini proyek akan dilelang dan pada akhir 2019 diharapkan Whale Shark Center ini sudah bisa dikunjungi," kata Ben.

Menurutnya, bembangunan pusat hiu paus ini akan berdampak positif bagi Indonesia, terutama terkait pariwisata dan konservasi. Indonesia akan menjadi sorotan negara-negara di dunia.

"Indonesia akan menjadi pusat perhatian. Whale Shark Center kita memiliki lebih banyak kelebihan dibanding whale shark center Honduras," katanya.

Di Honduras, lanjut Ben, pengunjung harus mencari melalui aplikasi yang disiapkan agar bisa melihat keberadaan hiu paus. Sementara hiu paus di TNTC selalu ada setiap saat, juga melalui aplikasi elektronik yang akan disiapkan pengunjung lebih mudah untuk mendeteksi keberadaan hiu paus.

Ia menjelaskan, Whale Shark Center di Kuwatisore dirancang secara lengkap dan multifungi. Selain dilengkapi Resort bagi para pengunjung gedung utama whale shark center akan dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kegiatan.

"Disitu kita juga akan manfaatkan untuk tempat pembinaan nelayan serta BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang akan menjalankan usaha jasa pariwisata," katanya lagi.

Gedung utama Whale Shark Center akan dibangun mengapung diatas permukaan laut dengan ukuran sekitar 30 x 20 meter. Pembangunan ini dilakukan dengan konstruksi baja ringan dan fiber serta melibatkan kontraktor yang kompeten.

"Kami menginginkan bangunan ini kokoh dan ramah lingkungan. Seluruh kegiatan akan dipusatkan disitu dari pembinaan masyarakat, kepariwisataan hingga menjadi penampung hasil tangkapan nelayan," katanya lagi.

Perairan Kwatisore-Nabire dikenal sebagai salah satu lokasi untuk mengamati hiu paus. Berdasarkan data Word Wide Fun (WWF) dalam kurun waktu empat tahun (2011-2016), tercatat ada 16.424 wisatawan berkunjung memasuki kawasan TNTC untuk berinteraksi bersama ikan raksasa ini.

BBTNTC mencatat, kunjungan wisatawan dalam kurun waktu tersebut mampu menyumbang pemasukan nonpajak kepada negara sebesar Rp2,057 miliar

Sejak tahun 2011, WWF-Indonesia telah melakukan pemantauan kemunculan hiu paus di kawasan Kwatisore. Sejak saat itu WWF bersama, BBTNTC, pemerintah daerah, masyarakat setempat, perguruan tinggi, dan Kali Lemon Resort telah mengumpulkan sedikitnya 10.556 foto serta 606 data kemunculan hiu paus.

Di lokasi tersebut, pengunjung bisa berinteraksi dengan mamalia laut raksasa tersebut.(*)
 

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2018