Pemerintah Provinsi Papua Barat mendorong pertumbuhan industri kreatif dari pengembangan lima komoditas unggulan di daerah tersebut.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Papua Barat, Charlie Heatubun di Manokwari, Sabtu, mengutarakan bahwa pemerintah daerah sejak beberapa tahun terakhir sedang mengembangkan komoditas unggulan meliputi kakao, rumput laut, kopi, pala serta kelapa dalam.

"Pengembangan lima komoditas tersebut termasuk ekowisata dan ekonomi kreatif masuk dalam skema pembangunan ekonomi hijau di Papua Barat," ucap Charlie.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal itu sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Manokwari pada konferensi internasional keanekaragaman hayati, ekowisata dan ekonomi kreatif yang dilaksanakan di Manokwari pada Oktober 2018 lalu.

Charlie mengemukakan bahwa rancangan utama serta peta investasi hijau di Papua Barat telah disusun. Pihaknya pun telah menginisiasi pembentukan satuan tugas komoditas unggulan yang akan mendorong pengembangan dari hulu hingga hilir.

Dalam grand desain yang disusun bersama sejumlah mitra pemerintah ini, kata Charlie, diantaranya mendorong agar industri kreatif muncul dari pengembangan lima komoditas unggulan tersebut. Sehingga ada manfaat yang lebih besar serta dampak ekonomi yang lebih masif dari pengembangan itu.

"Misalnya dari kakao Ransiki di Manokwari Selatan, kami akan dorong agar ada produk olahan kakao yang dilakukan masyarakat. Bisa dalam bentuk industri rumah tangga, berdirinya kedai minuman, spa dan lain sebagainya," kata Charlie.

Menurutnya, dengan produk olahan keuntungan yang diperoleh masyarakat atau petani akan jauh lebih besar dibanding sekadar menjual produk mentah.

"Kakao kering kualitas premium di Ransiki hanya Rp45 ribu perkilo. Kalau petani bisa memproduksi dalam bentuk bubuk 1 kg harganya bisa mencapai Rp250 ribu," ujarnya.

Hal serupa juga didorong untuk komoditas lain yakni buah pala, kopi, rumput laut serta kelapa dalam. Potensi pasar untuk lima komoditas ini dinilai masih sangat besar, baik dalam bentuk produk mentah maupun olahan.

Untuk produk mentah, lanjut Charlie Papua Barat sudah bisa memasok beberapa komoditas unggulan ke sejumlah daerah. Bahkan sudah melakukan ekspor ke beberapa negara di wilayah Eropa seperti Inggris, Belanda dan Perancis.

"Kakao sudah kirim ke Surabaya dan kirim ke Inggris, Belanda dan Perancis. Rumput laut Wondama baru pasar dalam negeri saja. Untuk kopi baru bisa untuk kebutuhan lokal saja, karena produksinya masih sedikit," katanya.

Sedangkan produksi pala di Kabupaten Fakfak sudah diekspor ke sejumlah negara baik di wilayah Asia maupun Eropa, namun menurut dia, masih banyak yang perlu dievaluasi terutama pada aspek tata niaga.

 

Pewarta: Toyiban

Editor : Key Tokan A


COPYRIGHT © ANTARA News Papua Barat 2020