Jakarta (ANTARA) - Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan peringatan kepada petani khususnya padi, terkait ancaman kekeringan yang berpotensi terjadi di musim kemarau tahun ini.

"Klinik Tanaman sudah memberikan 'warning' ke mitra, baik jaringan organisasi tani maupun mitra lain seperti Klinik Pertanian Tegal dan berbagai dinas," kata Kepala Departemen Proteksi Tanaman IPB Dr Suryo Wiyono kepada ANTARA saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Suryo mengatakan kemarau sudah menjadi ancaman setiap tahun, sektor pertanian yang paling terdampak, terutama petani padi sawah.

"Setiap tahun padi sawah yang terdampak kekeringan lebih kurang 200 ribu hektare," kata Suryo.

Baca juga: Pemkab Banjarnegara antisipasi bencana kekeringan akibat kemarau

Peringatan dini telah disampaikan tiga bulan lalu dengan harapan petani bisa melakukan langkah-langkah antisipasi dampak kekeringan.

Selain memberikan peringatan dini, Klinik Tanaman IPB yang dikelola oleh Fakultas Pertanian ini juga menyerahkan bantuan berupa cendawan outfit kepada petani padi.

"Cendawan endofit ini fungsinya meningkatkan ketahanan padi terhadap kekeringan," kata Suryo.

BMKG telah memberikan peringatan dini terkait ancaman kekeringan yang terjadi di musim kemarau ini. BMKG memprediksi kemarau tahun ini lebih kering dari tahu sebelumnya.

Baca juga: Siaga distribusikan air, BPBD Garut antisipasi bencana kekeringan

Sejumlah wilayah di Jawa telah memasuki musim kemarau, puncaknya terjadi pada bulan Juli-Agustus. Kemarau terjadi di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Puncak kemarau juga dialami wilayah NTT dan NTB, termasuk juga Lampung yang merupakan wilayah sentra lumbung pangan.

Baca juga: Bantul akan bangun sarana pemanen air hujan antisipasi kekeringan

Upaya yang dilakukan Klinik Proteksi Tanaman IPB sebagai langkah mitigasi dan adaptasi dampak dari perubahan iklim, salah satunya kekeringan.

Langkah mitigasi dan adaptasi di sektor pertanian ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan penduduk bumi.

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019