Bantul (ANTARA News) - Wiwit Sutrisnoputro tenaga kerja Indonesia asal Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia akibat kecelakaan kerja di perusahaan di Korea Selatan, Rabu (18/7) waktu setempat.

"Saya mendapat kabar kalau Rabu (18/7) malam sekitar jam 9 (waktu Korsel) mas Wiwit mengalami kecelakaan kerja, kalau waktu di sini jam 19.00 WIB, selisih dua jam," kata ibu kandung Wiwit, Sumarsih saat ditemui di rumah duka RT 06, Dusun Jalakan Triharjo Bantul, Jumat.

Menurut dia, sebelum anaknya meninggal dunia, Wiwit masih sempat berkomunikasi lewat aplikasi sosial media di telepon, namun selang beberapa saat komunikasi terputus dan Wiwit tidak merespon pesan singkatnya.

"Habis Magrib itu saya WA (whatsapp), namun tidak membalas, tidak merespon, saya telepon sudah tidak diangkat, padahal biasanya komunikasi kami sebelumnya lancar, karena saya dengan anak saya hubungannya sangat dekat," katanya.

Awalnya Sumarsih tidak mempercayai kabar meninggalnya anaknya, namun kekhawatiran tersebut ternyata benar, beberapa saat kemudian dia kedatangan tamu yang mengaku sebagai orangtua rekan kerja Wiwit di Korsel yang memberitahukan bahwa Wiwit meninggal dunia karena kecelakaan kerja.

Selain itu, kata dia, datang pengurus Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bina Insani Group Yogyakarta, memberitahukan bahwa Wiwit meninggal dunia, saat itu juga keluarga kaget dan memberi kabar kepada tokoh masyarakat setempat perihal kabar duka tersebut.

"Kemudian Pak Carik (sekretaris desa), Pak Dukuh juga sudah dihubungi, dikasih kabar kalau anak saya sudah meninggal. Malam itu pengurus kampung langsung ke sini," katanya.

Menurut dia, Wiwit sendiri sudah dua tahun bekerja di perusahaan manufaktur bagian operator las di Korea Selatan, dan hingga kini keluarga Sumarsih tidak mengetahui kapan jenazah anaknya tersebut sampai kampung halaman.

"Mungkin malam Minggu (21/7) besok (jenazah sampai rumah duka). Dan memang kabarnya anak saya meninggal karena kecelakaan sendiri, bukan karena ada orang yang menyalahi (mencelakai)," katanya.

Wiwit adalah anak pertama dua bersaudara dari pasangan Ngadino (50) dengan Sumarsih, dan sudah empat tahun ini dia merantau ke luar Jawa. Dia bekerja di Batam dua tahun dan bekerja di Korea Selatan dua tahun.

"Gaji yang pertama itu (hasil kerja di Korsel) langsung buat perbaiki rumah karena atapnya sudah rusak. Dia itu ingin menyenangkan orangtua. Sejak kerja di Korsel dia belum pernah pulang, namun rencananya setelah Lebaran mau pulang dan menikah," katanya.

Baca juga: KBRI kawal proses WNI meninggal di Brunei

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018