Jakarta (ANTARA) - Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (PJPI) mematangkan persiapan sarasehan jurnalis perempuan Indonesia yang akan digelar di Medan pada Selasa (7/2) lusa sebagai rangkaian acara menyambut puncak peringatan Hari Pers Nasional (2023) yang dilangsungkan di ibu kota Provinsi Sumatra Utara (Sumut) tersebut.

Ajang tersebut akan mengusung tema "Menyusuri Jejak Sumatra Sebagai Pelopor Pers Perempuan" dan rencananya diikuti 100 jurnalis perempuan dari seluruh penjuru Indonesia, demikian seturut keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Sejumlah narasumber yang rencananya akan mengisi sarasehan tersebut antara lain adalah Ketua Umum FJPI sekaligus Pemimpin Redaksi IDNTimes Uni Lubis, Ichwan Azhari (sejarawan Universitas Negeri Medan), Lia Anggia Nasution (peneliti sejarah pers perempuan di Sumut), dan Risa Marta Yati (peneliti pers perempuan di Sumatra Barat).

"Hadir juga yang akan mengisi keynote speech di sarasehan Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu," kata Sekretaris Jenderal FJPI sekaligus ketua panitia kegiatan tersebut, Khairiah Lubis.

Khairiah menjelaskan tema yang diusung tidak lepas dari sejarah panjang Pulau Sumatra dalam perjuangan pers perempuan Indonesia.

Setidaknya ada dua media perempuan di Sumatra yang menandai perjuangan perempuan dari sisi pers yakni Koran Sunting Melayu yang didirikan Rohana Kudus di Sumbar medio 1912 dan Koran Perempuan Bergerak prakarsa Boetet Satidjah di Medan, Sumut, pada 1919.

Sunting Melayu sendiri diketahui tercatat sebagai surat kabar pertama di Indonesia yang dipimpin, dijalankan, dan diperuntukkan bagi kaum perempuan.

"Dengan isu nasionalisme dan emansipasi perempuan dalam pendidikan, Rohana berperan sebagai pemimpin redaksi yang turut dibantu oleh Zubaidah Ratna Djuwita," kata Khairiah.

Khairiah menambahkan bahwa selain menjadi wadah perempuan Sumbar berpendapat, Sunting Melayu yang terbit seminggu sekali dalam sembilan tahun masa penerbitannya juga menampung tulisan dari daerah-daerah lain di Indonesia.

Menurut Khairiah kelahiran Sunting Melayu menandai babak baru pergerakan dan akselerasi kemajuan perempuan Indonesia, mengingat media itu memuat berbagai tulisan mengenai isu seperti kemajuan perempuan, biografi perempuan berpengaruh, dan berita-berita dari luar negeri.

Sementara Perempuan Bergerak di Medan disebut Khairiah bukan sebagai koran biasa, yang sudah terlihat dari pemilihan nama yang menandainya sebagai sebuah media progresif. Bahkan di halam depan Koran Perempuan Bergerak dengan tegas tertulis slogan "Penyokong Perjuangan Kaum Perempuan".

Mengusung jargon "sahabat terbaik mampu melindungi sesama, perempuan harus saling mendukung dan melindungi", Khairiah menegaskan bahwa Perempuan Bergerak masih relevan dengan gerakan perempuan kontemporer yang juga menggawangi jargon woman support woman.

"Hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan ikut berpartisipasi di dunia politik menjadi isu utama edisi-edisi Perempuan Bergerak," kata Khairiah.

"Media ini tidak hanya mengulas tugas perempuan dalam penjagaan rumah tangga, adab sopan santun, kehidupan suami istri, menjaga dan merawat anak serta pergaulan sehari-hari, tapi juga menyuarakan gerakan perempuan dan sastra," ujarnya menambahkan.

Selain seminar tentang pers perempuan, FJPI juga akan menggelar dialog bertema Literasi Digital Menghadapi Pemilu 2024 untuk terus meningkatkan kesiapan masyarakat.

Dialog itu rencananya dilangsungkan di Rumah Literasi Ranggi Komplek PWI Medan pada Rabu (8/2). Selain Uni Lubis sebagai Ketum FJPI, akan hadir pula sebagai narasumber yakni Anggota Dewan Pers 2013-2019 Imam Wahyudi, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, dan sociopreneur Alwen Ong.

Baca juga: HPN 2023 dan optimalisasi kompetensi wartawan

Baca juga: Inisiatif sawah mandiri antar Bupati Serdang Bedagai raih anugerah PWI

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023