Kami sudah mengetahui bahwa Indonesia memiliki kemampuan dalam memproduksi produk obat-obatan khususnya vaksin
Bandung (ANTARA) -
PT Bio Farma (Persero) siap berkolaborasi dengan Zimbabwe terkait transfer teknologi vaksin serta mencari potensi-potensi kerja sama dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang pembuatan dan distribusi vaksin.
 
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir di Kota Bandung, Jumat, mengatakan Wakil Presiden I Republik Zimbabwe Jenderal (Purn) Constantino Chiwenga mengunjungi Bio Farma pada Jumat ini.
 
"Salah satu tujuan kunjungan kenegaraan ini bertujuan mencari potensi-potensi kerja sama dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang pembuatan dan distribusi vaksin," kata Honesti Basyir.

Baca juga: MDI Ventures-Bio Farma bentuk badan investasi biayai startup kesehatan

Kunjungan Constantino Chiwenga didampingi oleh beberapa delegasi dari Kementerian terkait di Zimbabwe, Duta Besar dari kedua negara, diterima langsung oleh Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir beserta jajaran Board of Executives, dan Jajaran Kementerian Luar Negeri RI, serta Kementerian Kesehatan RI.
 
Honesti Basyir mengatakan saat ini, kesadaran masyarakat atas kesehatan meningkat secara signifikan, terlebih sejak wabah COVID-19 muncul pada tahun 2020.
 
Industri kesehatan menjadi leading sector untuk memerangi pandemi karena banyak negara yang menangani kondisi serius ini, termasuk Indonesia.

"Dari pandemik kita bisa belajar bahwa pandemi meninggalkan hikmah bagi kita semua bahwa kolaborasi benar-benar merupakan kunci untuk memperkuat keamanan kesehatan global," kata Honesti.

Baca juga: Bio Farma kumpulkan data EUA vaksin COVID-19 usia di bawah enam tahun

Dia menambahkan kegiatan ini bisa menjadi upaya kolektif yang sangat besar dari Bio Farma dimana antara Bio Farma dengan Zimbabwe akan membahas produksi bersama produk vaksin, dan kontribusi bersama dalam hal kesehatan.

Dalam sambutannya Wapres Zimbabwe Constantino Chiwenga, yang sekaligus merangkap Menteri Kesehatan dan Perlindungan Anak Republik Zimbabwe mengatakan tujuan kedatangan ke Bio Farma adalah untuk mencari potensi kerja sama untuk memproduksi vaksin di Zimbabwe.
 
Selain itu Zimbabwe ingin mempelajari keberhasilan Indonesia dalam pembangunan bidang kesehatan.

Baca juga: Bio Farma: 1,53 juta dosis vaksin COVID-19 berpotensi kedaluwarsa

"Kami sudah mengetahui bahwa Indonesia memiliki kemampuan dalam memproduksi produk obat-obatan khususnya vaksin. Dan kami berharap bahwa Zimbabwe juga suatu saat bisa memproduksi vaksin yang berkolaborasi dengan perusahaan nasional farmasi di Zimbabwe," kata Constantino Chiwenga.

Pihaknya berharap ada kesepakatan untuk bertukar informasi dan teknologi antara Bio Farma dengan Zimbabwe dalam produksi dan pendistribusian vaksin.
 
Hal ini mengingat bahwa posisi Zimbabwe yang strategis yang terletak di pusat bagian selatan benua Afrika, bisa menjadi hub untuk negara- negara yang berada di sekitarnya.
 
Sejak tahun 2007, Bio Farma yang sudah mengirimkan produk vaksinnya ke Zimbabwe, berupa vaksin Polio, Campak, Difteri, Tetanus, Pertusis melalui United Nations Children's Fund (UNICEF), hingga saat sudah sekitar 1,6 juta vial terkirim atau 16,9 juta dosis.

Baca juga: Panja Vaksin DPR pertanyakan kemampuan Bio Farma produksi vaksin halal

Sementara itu Dubes Indonesia untuk Zimbabwe, Dewa Made Juniarta Sastrawan mengatakan Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Zimbabwe di Harare siap untuk menindak lanjuti rencana kerja sama ini.

"Kami siap untuk membantu mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan dalam rencana kerja sama ini dan tentunya hasil dari kerja sama ini akan memberikan win-win solution dan Indonesia siap mengidentifikasi kebutuhan dari kedua belah pihak," kata dia.

Dalam kunjungan ini, Direktur Operasi Bio Farma, Rahman Roestan memberikan penjelasan mengenai Holding BUMN Farmasi, yang saat ini sudah terbentuk sejak tahun 2020.
 
Lebih jauh Rahman menjelaskan bahwa transfer teknologi bisa dilakukan dengan membagi peran antara Bio Farma dengan, pihak Zimbabwe.

"Bio Farma memerlukan mitra lokal di Zimbwabe yang bisa memproduksi vaksin, dengan fasilitas yang memadai, regulator (Badan POM), distribusi dan marketing. Dari pihak Bio Farma akan menyediakan teknologi transfer downstream, metode pengawasan mutu, dan Bio Farma bisa memberikan supply bulk vaksin untuk Zimbabwe," ujar Rahman.

Rahman juga memberikan penjelasan mengenai teknologi distribusi vaksin, yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) dengan nama Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV) yang bisa memantau pergerakan vaksin sejak dari tempat produksi hingga digunakan oleh masyarakat.

Baca juga: Bio Farma akan menerima teknologi transfer pembuatan vaksin mRNA
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022