Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan penerapan protokol kesehatan yang ketat menjadi modal masyarakat untuk melakukan kegiatan sosial ekonomi.

"Dengan adanya wacana perizinan kegiatan besar, ditambah lagi kita akan segera memasuki periode Natal dan Tahun Baru, kehati-hatian dan tidak gegabah dalam menjalani aktivitas perlu menjadi modal dasar kita," ujar Wiku dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pembatasan mobilitas dan kegiatan sosial ekonomi yang mulai dilonggarkan dapat menjadi tantangan apabila tidak dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat.

Baca juga: Pakar: Vaksinasi selamatkan diri dan orang lain dari COVID-19

Berkaca pada pola kenaikan kasus sebelumnya, ia mengemukakan, kasus mulai turun setelah pembatasan diberlakukan, baik itu mobilitas maupun kegiatan sosial. Namun ketika kasus turun dan pembatasan mulai dilonggarkan, kasus cenderung meningkat perlahan.

"Hal ini menunjukkan bahwa upaya kita untuk menjaga protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) belum maksimal dan belum dapat menjadi faktor utama penurunan kasus COVID-19," tuturnya.

Ia mengatakan, pembatasan mobilitas dan aktivitas masih menjadi faktor utama. Padahal pendekatan tersebut tidak dapat dilakukan terus-menerus karena akan berdampak pada sektor lainnya dan tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Untuk itu sekali lagi saya tekankan bahwa apapun upaya yang akan dilakukan jika pelaksanaan dan pengawasan protokol kesehatan tidak kuat maka hal tersebut tidak akan berjalan dengan efektif," katanya.

Menurut dia, pembatasan mobilitas dan aktivitas tidak dapat terus-menerus di. Hal yang dapat terus-menerus dilakukan adalah disiplin protokol kesehatan, selalu memakai masker kemanapun dan sebisa mungkin tidak berkerumun.

"Ini adalah hal yang paling mudah dan murah yang bisa kita lakukan," katanya.

Wiku mengingatkan, dengan adanya lonjakan ketiga yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia serta melihat dari pola kenaikan kasus setelah event atau kegiatan besar di Indonesia, maka kita tetap perlu waspada dan mengantisipasi lonjakan ketiga di Indonesia.

Baca juga: Jangan euforia sebelum vaksinasi COVID-19 di atas 70 persen
Baca juga: Ahli prediksi gelombang ketiga COVID-19 terjadi di 2022



 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021