Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Swedia dapat menjajaki empat peluang kerja sama triple helix pada sektor penelitian dan pengembangan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengelolaan energi, sampah, dan air, kata Duta Besar Indonesia untuk Swedia dan Latvia, Kamapradipta Ismono.

Melalui acara diskusi virtual, Kamis, Kamapradipta mengusulkan agar kerja sama dijajaki antara Badan Inovasi Swedia (Vinnova) dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Untuk potensi kerja sama triple helix antara Indonesia dan Swedia, mungkin tadi saya menyinggung Vinnova, di sini ada potensi area kerja sama antara Vinnova dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bidang pengembangan kapasitas, research and development (penelitian dan pengembangan, red), juga startup (perusahaan rintisan, red)," kata Kamapradipta.

Triple helix merupakan model interaksi antara pemerintah, sektor swasta, dan universitas dalam mengelola industri dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

Model itu, sebagaimana diterangkan Kamapradipta, telah lama digunakan oleh Swedia untuk membangun sinergi dari ragam pemangku kepentingan demi menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.

Tidak hanya itu, Dubes juga mengusulkan kemitraan antara Preem AB dan Chalmers University of Technology dengan PT Pertamina (Persero) dan Institut Teknologi Bandung  soal pengelolaan energi ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Preem AB merupakan perusahaan bahan bakar minyak terbesar di Swedia, sementara Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang mengelola minyak dan gas bumi di Indonesia. Sementara itu, Chalmers University of Technology merupakan salah satu universitas riset di Gothenburg, Swedia.

"Selain Pertamina, bisa juga digali kolaborasi dengan PLN, Perusahaan Listrik Negara, karena kami mencatat Swedia juga memiliki minat  tinggi di bidang energi baru dan terbarukan dan terkait hal ini PLN mungkin jadi mitra yang cocok dalam pengembangan energi baru dan terbarukan," kata Kamapradipta.

Untuk peluang kerja sama ketiga, ia mengusulkan kemitraan antaruniversitas kedua negara, khususnya dalam pengembangan pembelajaran jarak jauh (e-learning), pertukaran pelajar, penelitian gabungan pada bidang teknologi dan informasi, lingkungan, ekonomi ramah lingkungan, serta pembangunan infrastruktur digital pada tata kelola perkotaan (smart city​​​​​​​).

Terakhir, Dubes Kamapradipta juga mengusulkan kerja sama antara badan perlindungan lingkungan hidup Swedia dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Indonesia (BPPT).

"Kita ingin meningkatkan ekspor (ke Swedia, red) tetapi Swedia punya standar tinggi di bidang ekspor dan standardisasi sehingga kita perlu menjajaki kerja sama antara environmental protection agency dengan BPPT, khususnya bidang bidang perlindungan lingkungan, pengelolaan sampah dan air, serta penanggulangan pencemaran laut dan sampah plastik," ujar dia.

Di antara negara-negara Nordik, Swedia merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa I Gede Ngurah Swajaya pada acara diskusi yang sama.

"Total nilai dagang antara Indonesia dan Swedia mencapai 718,2 juta dolar AS (sekitar Rp10,6 triliun) pada tahun lalu," kata Ngurah Swajaya.

Diskusi virtual itu bertajuk “Kemitraan dalam Membangun Link-and-Match antara Pendidikan dan Industri”, yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bersama Kedutaan Besar Swedia Jakarta dan Kedutaan Besar RI di Stockholm, Swedia.

Kegiatan itu merupakan bagian dari peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Swedia pada tahun ini.

Baca juga: Indonesia, Swedia akan perkuat kerja sama bidang teknologi dan SDM

Baca juga: Dubes ajak Gubernur Jabar promosikan kopi Indonesia di Swedia


 

Indonesia-Swedia Teken 3 Naskah Kerja Sama

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020