Palangka Raya (ANTARA) - Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kota Palangka Raya menyebutkan sebanyak 33 kasus penularan penyakit menular mematikan itu disebabkan karena perilaku heteroseksual.

"Dari total 63 kasus HIV/AIDS selama 2019, sebanyak 33 diantaranya disebabkan karena perilaku heteroseksual," kata Pengelola Program, KPA Kota Palangka Raya, Mursalin, Rabu.

Kemudian sebanyak 23 kasus HIV/AIDS di "Kota Cantik" disebabkan perilaku homoseksual, tiga kasus karena perilaku biseksual, tiga kasus lainnya karena perinatal dan satu kasus karena tranfusi.

Kemudian dari jenis pekerjaan, penderita HIV/AIDS di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah didominasi pekerja swasta dengan jumlah 23 kasus, ibu rumah tangga delapan kasus, tidak bekerja dan karyawan salon masing-masing empat kasus. Sisanya tergolong dari berbagai jenis pekerjaan termasuk diantaranya pegawai negeri sipil.

Baca juga: Penderita HIV/AIDS di Palangka Raya didominasi usia produktif

Baca juga: 63 warga Palangka Raya positif HIV/AIDS


Data KPA Kota Palangka Raya juga menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS di Wilayah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah pada 2019 didominasi usia 15 hingga 49 tahun yang masuk kategori usia produktif.

Dari total 63 penderita HIV/AIDS selama 2019, pada usia 15 sampai 25 tahun tercatat delapan orang positif, kemudian pada rentang usia 26 sampai 49 tahun tercatat 49 orang. Sementara pada usia 0 hingga 5 tahun tercatat dua orang, usia 6 hingga 14 tahun satu orang, dan 50 tahun ke atas tercatat tiga orang terjangkit virus mematikan itu.

Namun demikian, selama 2019 KPA "Kota Cantik" tidak menemukan adanya penderita yang meninggal dunia. Seluruh warga yang terjangkit dalam perawatan.

HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus berbahaya yang merusak sistem kekebalan tubuh sehingga penderita virus ini akan rentan diserang penyakit. Infeksi virus ini jika tak segera ditangani akan terus berkembang lebih serius yang sering disebut "Acquired Immune Deficiency Syndrome" atau AIDS.

AIDS ini merupakan stadium terakhir dari tahapan infeksi HIV yang mana pada tahap ini kemampuan tubuh atau imunitas tubuh untuk melawan infeksi hilang sepenuhnya.

Pihaknya pun mengajak masyarakat setempat turut aktif memerangi HIV/AIDS minimal pada lingkungan keluarga. Dia juga mengajak masyarakat mengenali HIV/AIDS dengan benar baik cara-cara penyebaran maupun pencegahan. Pihaknya juga mengajak masyarakat menghindari penyakitnya dan bukan penderitanya.*

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020