Manokwari (ANTARA) - Setelah berhasil menyelesaikan studi kelayakan CCS Nagoya tahun ini, BP Berau Ltd (bp) dan Chubu Electric Power Co. Inc (Chubu Electric) kini memperluas kolaborasi mereka untuk menelusuri rantai nilai CCS dari Pelabuhan Nagoya, Jepang ke lapangan Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat, Indonesia.
Dalam rilis yang diterima ANTARA di Manokwari, Rabu, disebutkan bahwa kolaborasi yang lebih luas ini tertuang dalam amendemen nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada Rabu (21/8) oleh BP, sebagai operator kontrak kerja sama (PSC) Tangguh, dan Chubu Electric.
MoU ini mengubah dan memperluas cakupan MoU yang sebelumnya ditandatangani pada September 2023, dan kini mencakup evaluasi optimisasi biaya pada rantai nilai CCS serta model bisnis untuk membuat proyek CCS komersial dari Nagoya, Jepang, ke Tangguh di Indonesia.
Kathy Wu selaku BP Regional President Asia Pasifik, Gas and Low Carbon Energy, serta Hiroki Sato selaku CEO Divisi Bisnis Global di Chubu Electric menandatangani amendemen MoU bertempat di Hotel The St Regis Jakarta pada hari kedua Pertemuan Tingkat Menteri Asia Zero Emission Community (AZEC).
"Amendemen MoU ini menandai kelanjutan kolaborasi antara Chubu dan bp, bersama para mitra Tangguh. Seiring dengan terlibat-nya masyarakat di AZEC dan mencari cara untuk mendukung agenda net zero Asia, kolaborasi ini menunjukkan peran kami dalam memajukan dekarbonisasi di wilayah Asia," kata Kathy.
"Saya yakin CCUS adalah salah satu elemen penting dalam perjalanan dekarbonisasi. Tanpa diragukan lagi, bp adalah mitra yang sangat diandalkan bagi Chubu. Dengan memanfaatkan kesempatan dari acara bersejarah ini, saya berharap dapat melanjutkan proyek CCUS Pelabuhan Nagoya dengan dukungan dari Pemerintah Indonesia dan Jepang," tambah Hiroki Sato.
MoU yang lebih luas ini juga mencakup identifikasi persyaratan hukum untuk hub dan klaster berskala besar, serta model bisnis yang memungkinkan -- termasuk insentif dan model pendanaan yang dibutuhkan untuk mewujudkan proyek CCS komersial. MoU ini juga mencakup optimisasi infrastruktur darat, pencairan dan pengiriman CO2 berskala besar, pengadaan, serta pengoperasian kapal-kapal CO2.
BP dan Chubu Electric menargetkan emisi net zero CO2 dari kegiatan operasi mereka pada tahun 2050.
Pelabuhan Nagoya adalah pelabuhan terbesar di Jepang berdasarkan volume kargo, menyumbang 3 persen dari total emisi CO2 di Jepang.
Pelabuhan ini telah menetapkan target untuk mengurangi emisinya sebesar 46% pada tahun fiskal 2030 dibandingkan dengan tahun fiskal 2013.
Tangguh merupakan produsen gas alam terbesar di Indonesia, dengan produksi LNG rata-rata sebesar 2,1 miliar kaki kubik per hari dari tiga kilang pencairannya, menyumbang sekitar sepertiga dari produksi gas nasional.
BP mengoperasikan Tangguh LNG dengan kepemilikan saham sebesar 40,22 persen, bersama mitra MI Berau B.V. (16,30 persen), CNOOC Muturi Limited (13,90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd. (12,23 persen), KG Berau Petroleum Ltd (8,56 persen), KG Wiriagar Petroleum Ltd (1,44 persen), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7,35 persen).
Proyek UCC/CCUS Tangguh, yang dioperasikan oleh bp, merupakan proyek CCUS paling maju di Indonesia, dengan FEED yang sedang berlangsung serta pekerjaan awal, dan proses persetujuan proyek yang sedang berjalan.
Dengan kapasitas penyimpanan CO2 sebesar 1,8 Gt, Tangguh siap menjadi hub CCS pertama di Indonesia untuk para emitor domestik dan internasional. (*)